5 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar Executive Forum: Strategi Sukses Memimpin Kampus dan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi di Jawa Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 12 Sep 2022

Implementasi Teknologi Digital Terkini Untuk Menumbuhkan Budaya Literasi Kampu Melalui Program Kampus Merdeka

Fadhol SEVIMA

Penulis: Ir. Widayat Amariansah, M.T.
Universitas Pandanaran

Abstrak

Kehadiran jaman milenial berciri revolusi industri 4.0 yang berbasis teknologi informasi digital, dibarengi munculnya pandemi Covid-19 sehingga mewarnai disruptifikasi kehidupan manusia secara cepat dan global. Pandemi Covid-19 memicu lompatan besar penggunaan teknologi digital karena batasan tatap muka fisik dan dorongan kolaboratif seluruh bangsa di dunia menemukan vaksin Covid-19 dan turunannya. 

Hal ini berpengaruh juga pada proses pembelajaran pendidikan tinggi yang mengharuskan dilakukan secara daring sehingga civitas akademika menguasai banyak aplikasi teknologi informasi digital terkini yang sebelumnya tidak mengenal dan menggunakannya. Budaya literasi data, digital dan kemanusiaan berkembang lebih baik agar tidak tertinggal dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Budaya literasi digital yang tidak mengenal batasan ruang, tempat dan waktu akan mengembangkan kompetensi mahasiswa sesuai bakat dan passion, melalui program MBKM. Perguruan tinggi yang menjalankan program Kampus Merdeka secara terarah, kreatif dan berkelanjutan akan menghasilkan lulusan yang unggul, kompetitif, inovatif, kolaboratif dan tangguh.

Penggunaan teknologi digital terkini perlu dibarengi pengembangan budaya berkomunikasi yang baik agar literasi digital tidak disalahgunakan sebagai sarana transmisi hoax, ujaran kebencian, intoleransi, radikalisme, pornografi dan berbagai macam kejahatan siber lainnya. 

Pendahuluan

Era industri 4.0 menjadikan proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Semua obyek dilengkapi perangkat teknologi yang dibantu sensor dan mampu berkomunikasi sendiri dengan sistem teknologi informasi digital. Revolusi industri 4.0 dapat dipahami sebagai pasar kolaborasi manusia dengan sistem cerdas yang berbasis pada internet of things (IoT) atau sistem fisik cyber, dengan kemampuan memanfaatkan mesin-mesin cerdas artificial intelligence (AI) yang efisien dan sinergis (Rada, 2017). 

Era industri 4.0 bersifat sangat dinamis dan cepat berubah dari waktu ke waktu sehingga membawa dampak yang besar pada bidang industri, ekonomi, pendidikan dan pola hidup masyarakat secara global. Perubahan di era disruptif 4.0 ini yang berbasis pada pemanfaatan teknologi informasi digital, mendorong perguruan tinggi memposisikan diri menjadi lembaga pendidikan tinggi yang sanggup menyediakan sumber daya manusia Indonesia yang adaptif, kompetitif, berdaya saing tinggi sebagai complex problem solver

Untuk itu perguruan tinggi tertantang menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan literasi baru meliputi literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yang berakhlak mulia berdasarkan pemahaman keyakinan agama. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah terobosan maju dalam dunia pendidikan tinggi yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi digital dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensi soft skill maupun hard skill mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran di luar Prodi atau kampusnya. 

Proses pembelajaran MBKM yang berbasis student centered learning ini, memiliki 8 program kegiatan yang banyak bersifat experiential learning dengan jalur yang fleksibel sehingga memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya. 

Tinjauan Pustaka 

Piliang (2012) menyebutkan perkembangan teknologi informasi telah menciptakan ruang baru bersifat artifisial dan maya yang disebut cyberspace. Teknologi informasi ini berbasis digital sehingga perolehan informasi diperoleh lebih cepat dengan cakupan lebih luas. Beberapa kemajuan teknologi digital yaitu: Smartphones, Big Data, Cloud Computing,dan Social Media

Kemajuan tersebut telah mempengaruhi beberapa bidang termasuk pendidikan (Amin, 2013), berupa bergesernya metode dan infrastruktur proses pembelajaran dari tradisional ke modern (Ngongo dkk, 2019). 

Kemajuan teknologi membuat ketersediaan sumber daya informasi digital melimpah dan bisa diunduh secara gratis, mudah dan cepat oleh mahasiswa melalui berbagai aplikasi layanan pencari informasi (Kurnianingsih dkk, 2017). Hal ini menuntut perguruan tinggi terus meningkatkan proses pembelajaran berbasis digital yang menekankan tercapainya capaian pembelajaran lulusan melalui proses student centered learning.

Civitas akademika meningkatkan kompetensi diri dengan membuat video pembelajaran yang atraktif, inovatif, dan adaptif dengan dunia keseharian mahasiswa yang saat ini akrab menggunakan platform media sosial sebagai salah satu referensi utama. 

Bahan ajar telah terdigitalisasi melalui pasar kuliah online yang terakreditasi Kemendikbud Ristekdikti yang menyediakan referensi bahan ajar daring bermutu dari banyak perguruan tinggi dan penyedia pembelajaran daring di Indonesia, yang dapat diakses dan diunduh dengan mudah dan gratis. Salah satunya adalah ICEI yang dikelola Universitas Terbuka. 

Banyaknya sumber belajar yang dimiliki mahasiswa dapat membantu kelancaran proses belajar dan mempercepat masa studi (Setiyani, 2010). Teknologi digital menuntut civitas akademika melaksanakan literasi digital dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran diartikan sebagai sistem pemrosesan digital mendorong pembelajaran aktif, inquiri, konstruksi pengetahuan, dan eksplorasi diri peserta didik, berkomunikasi jarak jauh dan berbagi data antara dosen dengan mahasiswa di lokasi dan waktu yang berbeda (Beetham & Sharpe, 2007). 

E-learning adalah salah satu bentuk transformasi kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi dalam bentuk digital yang dilakukan secara tatap muka dan atau virtual (hybrid and blended learning) (Riyanto dkk, 2006).

Program Kampus Merdeka merupakan kegiatan belajar mahasiswa di luar Prodi atau kampus asalnya selama 3 semester setara 60 SKS, yang memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan ditujukan untuk menyiapkan lulusan yang kompetitif, kuat dan tangguh dalam menghadapi perubahan budaya, sosial serta kemajuan teknologi di era digitalisasi industri 4.0. 

Kebijakan program Kampus Merdeka memfasilitasi peningkatan kompetensi melalui 8 kegiatan yaitu pertukaran pelajar, praktek kerja/magang, proyek independen, riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, mengajar di sekolah dan KKN tematik. 

Pelaksanaan program kampus merdeka menggunakan sistem pembelajaran berbasis outcome based education yang mana lulusannya memenuhi capaian pembelajaran di Prodi asalnya. Program pertukaran pelajar membutuhkan kreativitas dan inovasi serta berani menerima sifat pengetahuan berevolusi dalam lanskap digital (Barber dkk, 2015). 

Teknologi digital juga mendukung mahasiswa dalam program magang merdeka untuk mengetahui lebih dini reputasi perusahaan, lembaga atau instansi di tingkat nasional melalui web, tata cara pelaporan magang, proyek independen, belajar pelaksanaan magang, mahasiswa dapat mengetahui tempat magang melalui web perusahaan yang tersedia. 

Selain itu teknologi digital juga memberi manfaat kepada mahasiswa saat menyusun laporan magang, proyek independent, KKN tematik, wirausaha, mengajar di sekolah dan proyek kemanusiaan melalui self-directed learning (Gibbons, 2002). Ushfuriyah, (2015) juga menyatakan bahwa self-directed learning melalui teknologi digital dibutuhkan mahasiswa dalam menyelesaikan laporan tugas akhir. 

Analisa dan Pembahasan

Disruptifikasi teknologi informasi digital semakin cepat terjadi di zaman milenial. Suka atau tidak suka, kita harus menerima cobaan pandemi covid-19. Memang tidak dipungkiri banyak anggota keluarga, kerabat dan nakes terdampak berat akibat pandemi karena meninggal, kehilangan saudara dan teman sejawat, dan penurunan perekonomian serta imunitas manusia secara global. Namun di sisi lain, pandemi ini justru mendorong kemajuan teknologi digital semakin pesat karena pembatasan kegiatan dan tatap muka fisik yang mengharuskan manusia saling berinteraksi secara virtual untuk mempertahankan eksistensi kehidupannya. 

Sebab itu manusia memanfaatkan teknologi digital untuk menghasilkan banyak penemuan vaksin baru sebagai reaksi penanggulangan virus Covid-19 dan varian turunannya (Budi Gunadi S, 2021). Frekuensi komunikasi sangat aktif antar manusia secara global tanpa batas melalui virtual, daring dan internet melonjak drastis dan sangat tinggi ketika manusia dipaksa berpacu segera menemukan vaksin penangkalnya. Terjadilah lompatan literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia yang luar biasa (I Putu Gede, 2020). 

Pendidikan tinggi tak luput dari pusaran besar arus informasi digital sehingga semuanya belajar dan memaksakan diri menyelenggarakan kegiatan tridharma secara daring lebih dari 2 tahun yang saat ini berangsur-angsur sudah transisi melalui pembelajaran bauran untuk kembali ke kegiatan tatap muka atau luring seiring dengan meredanya pandemi Covid-19. 

Platform aplikasi proses pembelajaran daring seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Team, Moodle dan lainnya yang tidak banyak mengenal dan hanya digunakan terbatas pada kegiatan dan oleh komunitas tertentu sebelum adanya pandemi Covid-19, sekarang sudah menjadi kebutuhan civitas akademika sehari-hari yang familiar, efisien dan efektif. Selama dua tahun melaksanakan proses pembelajaran daring, perguruan tinggi belajar menyiapkan diri semua civitas akademika dan komponen sarpras pendukungnya untuk ditingkatkan kemampuan penguasaan teknologi digitalnya. 

Sebab kegiatan daring ternyata lebih efisien meskipun banyak yang menyatakan tidak efektif karena kendala budaya literasi digital yang belum merata, dukungan sinyal internet yang belum stabil dan merata, budaya paperless dan faceless yang belum dikembangkan secara efektif selama puluhan tahun proses pembelajaran pendidikan tinggi berjalan selama ini. 

Pembelajaran daring membutuhkan dosen mampu menginisiasi, memotivasi dan mengawal mahasiswa agar mampu belajar mandiri secara bertanggung jawab sesuai jumlah SKS yang ditempuh. Bagi mahasiswa yang kuliah biasa-biasa saja, pembelajaran daring adalah menyenangkan karena tidak harus ke kampus, dapat diikuti dari tempat manapun yang terjangkau internet, dengan waktu yang fleksibel untuk konsultasi, dialog, belajar kelompok atau menyelesaikan ujian dan tugas sesuai tenggat waktu yang diberikan. 

Namun bagi mahasiswa yang tidak pernah puas dengan apa yang dia peroleh dan kuasai, mempunyai bakat dan passion yang inovatif dan berkeinginan maju, proses pembelajaran daring menciptakan ruang tanpa batas waktu dan tempat baginya untuk mengeksplorasi banyak hal yang ingin mahasiswa ketahui. Terlebih dengan keragaman informasi yang begitu banyak di media sosial, mahasiswa bisa menghasilkan prestasi tertentu di bidang akademik dan temuan riset unggulan yang berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Perguruan tinggi melihat geliat cepat budaya literasi data, teknologi dan perilaku manusia ini sebagai peluang dan tantangan menjawab dampak negatif pandemi Covid-19 agar bisa tetap eksis, bertahan dan bangkit kembali setelah pandemi berakhir. Sekaligus untuk mencegah dampak negatif literasi digital yang tidak terkendali seperti transmisi hoax, ujaran kebencian, intoleransi dan berbagai macam kejahatan siber lainnya (Irnasya Shafira, 2021).

Salah satu akselerator literasi yang dibuat pemerintah secara nasional adalah meluncurkan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka tahun 2020 yang dilaksanakan semua perguruan tinggi secara transisional. Program ini memfasilitasi mahasiswa yang potensial dan berbakat tertentu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar Prodi atau kampusnya maksimum selama 3 semester yang diakui setara 60 SKS mata kuliah asal atau maksimum 20 SKS per semester.

Sebagai kegiatan belajar yang berbasis student centered learning, Program MBKM ini memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensi mahasiswa di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya, melalui proses pembelajaran daring atau luring di kampus lain, desa, industri, perusahaan, tempat kerja non formal yang berbasis kewirausahaan seperti platform multimedia, UKM, UMKM, tempat pengabdian kemanusiaan, pusat riset dan sekolah dasar maupun menengah. 

Sebagai hal yang baru dan inovatif, MBKM mempunyai delapan pilihan kegiatan proses pembelajaran di luar Prodi atau kampus asalnya. Untuk itu Kemendikbud Ristekdikti melalui banyak hibah dan stimulus yang didukung kolaborasi dengan perguruan tinggi berupaya mensukseskan program MBKM antara lain menyalurkan hibah pengadaan sarpras pendukung transformasi teknologi digital seperti:

  1. TV interaktif, laptop dan sarana teknologi informasi lainnya.
  2. Hibah kampus mengajar, hibah proyek KKN dan proyek kemanusiaan di daerah terpencil, tertinggal atau terdampak bencana.
  3. Pasar virtual buku ajar secara gratis dari banyak perguruan tinggi terkemuka misalnya melalui ICEI Universitas Terbuka, sosialisasi, pelatihan, bimtek dan pendampingan dari reviewer program MBKM
  4. Program Gerilya bekerja sama dengan Kementerian ESDM, program Bangkit bekerja sama dengan perusahaan layanan mesin pencari Google, e-commerce GoTo dan Traveloka. 
  5. Ada pula program Magang Kampus Merdeka di dunia industri bereputasi nasional, Program Wirausaha Merdeka dan Program Pejuang Muda Merdeka yang merupakan laboratorium sosial bagi mahasiswa menerapkan iptek yang telah diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat secara langsung bekerja sama Pemkab, Pemkot atau tokoh masyarakat setempat. 

Semua kegiatan program MBKM ini membutuhkan penguasaan dan penggunaan teknologi informasi terkini yang tidak bisa dihindari oleh civitas akademika perguruan tinggi. Hal ini akan semakin mendorong tumbuh berkembangnya budaya literasi digital positif yang berfungsi sebagai filter untuk memilah, memroses dan meneruskan informasi yang benar, bijak dan bermanfaat. Hal ini menjadi modal utama perguruan tinggi untuk bisa menjadi mata air kehidupan yang menghasilkan butir-butir lulusan unggul, kompetitif, inovatif, kolaboratif dan tangguh. 

Kesimpulan dan Rekomendasi 

Era millenial yang diawali dengan revolusi industri 4.0 berbasis teknologi informasi digital, mewarnai disruptifikasi kehidupan manusia secara global. Bersamaan dengan itu, terjadi pandemi Covid-19 yang ternyata memicu lompatan besar penggunaan teknologi digital karena batasan tatap muka fisik dan dorongan kolaboratif seluruh bangsa dunia menemukan vaksin Covid-19 dan turunannya. 

Hal ini berpengaruh juga pada proses pembelajaran pendidikan tinggi yang mengharuskan dilakukan secara daring sehingga civitas akademika menguasai banyak aplikasi teknologi informasi digital terkini yang sebelumnya tidak mengenal dan menggunakannya. 

Budaya literasi data, digital dan kemanusiaan menjadi hal yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari karena pesatnya perubahan iptek dan informasi. Tiadanya batasan ruang, tempat dan waktu untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa sesuai bakat dan passionnya, menginisiasi munculnya Program MBKM yang memungkinkan perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang unggul, kompetitif, inovatif, kolaboratif dan tangguh. 

Program Kampus Merdeka ini mempunyai 8 pilihan kegiatan di luar Prodi atau kampus asalnya yang akan memperkaya dan meningkatkan wawasan, kompetensi dan kolaborasi mahasiswa di dunia nyata sebagai bekal nanti saat bekerja. 

Kemampuan penggunaan teknologi informasi perlu dibarengi penanaman budaya dan etika berkomunikasi yang baik agar literasi digital tidak disalahgunakan dan menjadi tidak terkendali sehingga menghasilkan transmisi hoax, ujaran kebencian, intoleransi, radikalisme, pornografi dan berbagai macam kejahatan siber lainnya.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×