3 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar Executive Forum: Strategi Sukses Memimpin Kampus dan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi di Jawa Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 12 Sep 2022

Digitalisasi Kampus; Masalah atau Tantangan?

Fadhol SEVIMA

Penulis: Yupika Maryansyah
Kampus: Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Digitalisasi kampus yang erat hubungannya dengan revolusi industri 4.0 di Indonesia sedang semarak bak pernak-pernik dekorasi karnaval yang penuh sorak sorai. Tidak hanya urusan administrasi kependidikan yang di-digitalisasi, proses belajar dan pembelajaran pun turut di-digitalisasi. Alhasil, hampir semua kampus di Indonesia mulai mengambil ancang-ancang untuk merubah paradigma ke arah serba digital. Di era globalisasi yang kian maju sekarang ini, wajar jika manusia cenderung memodernisasi banyak aspek kehidupan.

Di bidang ekonomi, pembayaran sekarang berubah haluan dengan e-money. Di bidang transportasi, sudah banyak kereta cepat, bahkan sedang dibangun kereta bawah laut yang ditembakkan dengan sangat cepat sehingga bisa melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat cepat. Di bidang astronomi, orang sudah bisa melihat planet Mars. Bahkan pernikahan pun bisa dilakukan secara online. Perubahan-perubahan seperti ini juga melanda aspek kehidupan pendidikan umat manusia. Hal ini bukanlah hal yang aneh, bahkan sudah menjadi tuntutan perubahan zaman.

Namun demikian, bagi penulis, ada beberapa hal yang cukup mengkhawatirkan sehubungan dengan konteks perubahan paradigma pendidikan yang digambarkan di atas. Pertama, kesiapan sarana dan prasarana digitalisasi kampus di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal ini penting untuk dipertimbangkan benar-benar.

Pasalnya, berdasarkan pengalaman penulis dan pengalaman kolega penulis, baik di propinsi yang sama maupun di propinsi-propinsi lain di Indonesia, keluhan mahasiswa hampir sama. Para mahasiswa masih sering memanjat pohon atau harus mencari spot internet tertentu untuk mencari sinyal internet ketika mereka hendak menghadiri perkuliahan daring.

Bahkan hal ini juga terjadi pada mahasiswa universitas Top di Indonesia. Loh, masa iya? Mungkin sebagian orang akan terheran-heran. Lah, emang iya, yang top itu kan universitasnya, tetapi mahasiswanya juga banyak yang berasal dari kampung. Nah ketika mereka berada di kampung, mau kuliah tidak bisa karena sinyal internet tidak ada di kampungnya. Artinya, walaupun kita bersemangat sekali melakukan digitalisasi kampus, sarana prasarana pendukung digitalisasi kampus secara nasional juga harus dipikirkan dengan baik. Kalau tidak, proses ini tidak akan maksimal hasilnya.

Hal lain yang juga perlu dipikirkan adalah tidak semua ilmu yang bisa sepenuhnya diajarkan secara daring. Ada bidang-bidang tertentu yang sepertinya tidak akan maksimal jika diajarkan secara online saja, terutama bidang ilmu yang menuntut pembelajaran teoritis dan juga praktik. Sebagai contoh, ilmu medis membutuhkan pembelajaran teori dan praktik secara bersamaan.

Sebagai ilustrasi, seorang calon dokter bedah harus menguasai teori tentang cara melakukan operasi pembedahan dan harus mencoba prakteknya juga. Situasi ini susah untuk dilakukan secara daring. Apa mungkin melakukan praktikum pembedahan tubuh manusia secara daring? Contoh lain, dalam mempelajari bahasa asing seseorang harus menguasai pelafalan kata dengan benar. Ia harus banyak mempraktikkan kata tersebut secara langsung lengkap dengan ekspresi, mimik, dan gesture yang sesuai. Nah hal praktis seperti ini susah dilakukan didepan layar komputer, ipad, atau handphone.

Selain dua hal di atas, ada hal yang tak kalah penting untuk dipikirkan, yaitu masalah asesmen atau evaluasi pembelajaran. Khusus masalah ini, sekarang para ahli sedang serius menemukan cara untuk menjamin validitas dan reliabilitas evaluasi pendidikan secara daring. Selama pandemi Covid-19 terjadi, berdasarkan pengamatan penulis, banyak siswa atau mahasiswa yang menyontek atau melakukan kecurangan ketika ujian.

Hal ini memang sangat mungkin dilakukan karena ujian secara daring sangat minim pengawasan seperti halnya ujian tatap muka. Ketika ujian daring, para siswa atau mahasiswa sangat mudah meminta jawaban dari teman sekelasnya melalui media teknologi komunikasi seperti aplikasi Whatsapp. Mereka meminta temannya untuk memotret jawaban ujian, kemudian dikirimkan melalui Whatsapp dan seterusnya disalin. Ini bisa dilakukan dalam hitungan detik. Celakanya, masih banyak lagi jenis dan metode kecurangan yang sangat mungkin dilakukan oleh siswa atau mahasiswa.

Terlepas dari masalah yang dipaparkan di atas, hendaknya kita harus melihat masalah-masalah tersebut sebagai tantangan, bukan suatu masalah yang membuat kita tidak mampu melanjutkan proses modernisasi dunia pendidikan kita. Perubahan ke arah yang lebih canggih memang harus terjadi, kalau tidak kita akan ketinggalan dalam persaingan. Dalam hal ini semua pihak diharapkan untuk terus bersemangat walaupun terjadi kekurangan di sana-sini.

Sebuah perubahan tentu saja tidak langsung ideal sesuai harapan. Pemerintah harus terus memantau, mengidentifikasi masalah, dan melakukan terobosan solusi yang perlu dilakukan untuk mendukung proses modernisasi pendidikan Indonesia. Pihak pemerintah benar-benar diharapkan oleh insan pendidikan di negeri ini mengingat pemerintah merupakan sumber kekuatan baik sumberdaya material maupun sumber daya non material.

Bukan hanya pemerintah yang diharapkan kontribusinya oleh dunia pendidikan kita sekarang, pihak swasta seperti Sevima, para peneliti, dan para akademisi juga hendaknya jangan berpangku tangan. Teruslah meneliti, mencipta, dan melahirkan inovasi untuk mendukung proses modernisasi pendidikan ini. Dengan adanya perubahan paradigma pendidikan seharusnya menjadi tantangan tersendiri bagi semua pihak yang disebutkan di atas.

Segeralah ciptakan software atau alat yang mampu mendeteksi kecurangan ujian daring yang mampu menjamin ujian online yang berkualitas dan terpercaya. Bagi akademisi, terutama ahli pendidikan negeri ini segeralah membuat model pembelajaran daring yang bagus dan ideal dalam perspektif proses belajar mengajar daring, mulai dari proses paling awal sampai dengan proses paling akhir dari proses belajar mengajar.

Pada akhirnya, semua pihak yang mungkin memberikan kontribusi demi kemajuan pendidikan Indonesia diundang untuk memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan dunia pendidikan negeri kita tercinta ini.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×