Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Tahun 2025, Ini Jadwal dan Tips Lolos
07 Feb 2025
4 Hari Lagi - Sebelum Event Bimbingan Teknis – Tingkatkan Kualitas Perguruan Tinggi dengan Fitur SEVIMA Platform Dimulai.
30 Dec 2021
SEVIMA.COM – Bagi sebagian dosen, menulis jurnal bukan hal yang mudah dilakukan. Hal ini karena membuat jurnal harus dengan sistematis. Sehingga susunan setiap bab harus berurutan serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Bahkan, untuk melakukan penelitian sendiri membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
“Sebagai seorang peneliti, untuk membuat jurnal, kita harus experiment selama satu, dua tahun, bahkan ada yang beberapa tahun. Memang membuat jurnal bukan pekerjaan 1 hari langsung jadi,” Ungkap Assoc.Prof. Wahyudi Agustiono, S.Kom., M.Sc., Ph.D Dosen dari Universitas Trunojoyo Madura, Peraih Australian Grant Scheme 2018 & 2019, dalam Webinar SEVIMA bertajuk Strategi Tembus Publikasi SCOPUS dan SINTA.
Kegiatan tersebut juga menghadirkan Prof. Dr. Arif Muntasa, S.Si., M.T. Guru Besar Universitas Trunojoyo Madura, serta Reviewer Hibah Nasional DRPM Dikti Kemdikbudristek yang memberikan tips dan trik bagaimana menulis artikel yang baik untuk publikasi ilmiah.
Arif dalam presentasinya menyampaikan tentang “Penulisan peper untuk Publikasi Yang Terindex di Scopus” Menurut Arif, sebelum melakukan publikasi jurnal ilmiah, seorang penulis harus memahami beberapa hal, agar jurnal yang ditulis dapat meyakinkan reviewer dan terindex Scopus.
Baca juga : 3 Tips Jitu Menulis Jurnal ala Profesor Universitas Trunojoyo Madura
Banyak penerbit yang menyediakan secara gratis. Ada juga kegiatan hibah penelitian yang memberi dana untuk melakukan penulisan jurnal, dan mengikuti konferensi internasional.
Peluang-peluang ini tersedia luas dan bisa dengan mudah ditemui di internet. Walaupun demikian, memang perlu ketekunan dan ketelitian dalam mengumpulkan informasi tersebut.
“Beberapa publikasi gratis terindeks SCOPUS, bisa kita coba. Diantaranya seperti International Journal of Technology dari Universitas Indonesia (UI), International Journal on Electrical Engineering and Informatic dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta beberapa penerbit jurnal internasional Elsevier, Taylor and Francis, Sage, dan lainnya. Kesempatan itu sangat banyak, tapi tidak jarang karena terlalu banyak informasi, kita menjadi bingung,” kata Arif yang sudah menulis 44 artikel jurnal internasional.
Mirip dengan menerbitkan opini di media massa, penerbitan jurnal juga bisa ditolak. Arif menjelaskan bahwa hal ini sangat wajar. Setelah ditolak, akademisi harus bangkit dan refleksi diri. Anda harus belajar dari kenapa jurnal Anda ditolak.
“Biasanya terdapat beberapa alasan kenapa jurnal sering ditolak. Misalnya saja seperti naskah di luar area jurnal, unsur naskah kurang lengkap, tata bahasa yang digunakan tidak layak, hingga pembahasan tersebut terlalu dangkal. Itu kita jadikan pelajaran dan perbaikan,” jelas Arif yang di Kementerian Pendidikan (Kemendikbudristek) juga dipercaya sebagai reviewer (penyeleksi) hibah penelitian.
Baca juga : Mudah, Begini Cara Download Jurnal Internasional Berbayar Secara Gratis
Lagi-lagi, mirip dengan media massa dimana kolom opini di koran nasional ternama tentu lebih sulit ditembus dibanding media lainnya, hal yang sama juga terjadi untuk jurnal.
Akademisi harus mengetahui bagaimana target jurnal yang dipilih. Mulai dari tingkat kesulitannya, gaya selingkung, preferensi redaksi, hingga batasan-batasan yang ada dalam jurnal tersebut.
Jangan sampai misalnya, penelitian terkait Teknologi, dikirimkan ke jurnal web yang membahas seputar tanaman.
“Akademisi sebagai penulis ibaratnya anak tangga, kita bisa coba dulu jurnal yang peringkatnya lebih rendah, sambil bertahap meningkatkan kualitas tulisan kita dan profil kita. Nantinya pasti akan terbiasa sendiri,” ungkap Arif.
Tips-tips tersebut, sambung Wahyudi, dapat dipelajari dan diasah para akademisi seiring waktu. Ada banyak forum, sistem akademik, dan platform pembelajaran, yang bisa digunakan akademisi untuk meningkatkan diri. Termasuk dari SEVIMA, seperti Webinar pada Selasa (28/12) sore tersebut.
“Yang penting, ada kemauan kuat dari akademisi untuk belajar. Menulis jurnal ini memang sulit, tapi inilah kewajiban kita di kampus: untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban dengan cara ditulis!,” pungkas Wahyudi.
Dalam sebuah penulisan jurnal, penulis harus benar-benar mengetahui target jurnal yang diberikan. Target jurnal ini meliputi lingkup jurnal, jurnal target, fitur aksesibilitas, hingga jenis artikel yang dibutuhkan,” ungkapnya.
Ketika menulis sebuah jurnal, memang tak sama saat menulis buku pada umumnya. Penulisan sebuah paper atau jurnal harus disiapkan dengan baik. Terutama dalam penulisan abstrak dan penyusuan manuscript.
“Ketika menulis jurnal, abstrak biasanya ditulis di akhir. Abstrak sendiri berfungsi sebagai miniatur paper. Oleh karena itu, penulisan abstrak harus diselesaikan dengan baik agar jurnal tersebut layak digunakan,” ungkapnya.
Baca juga : Contoh Format Penulisan Jurnal Ilmiah Agar Dapat Terpublikasi di SCOPUS
Menurut Prof. Arif, untuk mendapatkan jurnal yang baik, ada beberapa bagian penting dari jurnal. Beberapa di antaranya adalah:
Arif mengatakan hal lain yang perlu diperhatikan untuk memudahkan dalam menulis dan melakukan publikasi ilmiah. Yakni, dapat menggunakan tools untuk membantu menulis paper. “Saya menyarankan empat tools untuk membantu menulis jurnal yaitu: Mendeley, Grammarly, Turnitin, Word (Comparing).” Pungkasnya
Diposting Oleh:
Fadhol SEVIMA
Tags:
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami