SEVIMA.COM – Upaya membangun perdamaian dunia tak selalu dimulai dari meja politik, melainkan sering kali lahir dari ruang-ruang dialog lintas iman. Hal inilah yang menjadi sorotan penelitian berjudul “Bridging Faiths, Building Peace: Comparative Interfaith Engagement in Indonesia and the United Kingdom” yang digagas oleh empat akademisi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yakni Devi Pramitha, Faridatun Nikmah, Ida Fitri Anggarini, dan Shobihatul Fitroh Noviyanti. Hasil karya ilmiah ini disampaikan dalam ajang Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025, konferensi bergengsi yang mempertemukan ilmuwan lintas disiplin dari berbagai penjuru dunia. Gelaran ke-24 ini berlangsung di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, pada 29–31 Oktober 2025.
Melalui riset komparatif antara Indonesia dan Inggris, tim peneliti menemukan bahwa dialog lintas agama bukan hanya wadah berbagi gagasan, tetapi juga mekanisme nyata dalam membangun perdamaian dan mencegah polarisasi sosial.
“Indonesia memiliki kekuatan pada praktik akar rumput yang kental dengan solidaritas budaya dan nilai kebersamaan. Sementara Inggris menonjol lewat pendekatan institusional dan pelatihan kepemimpinan lintas agama,” ungkap Devi Pramitha, peneliti utama sekaligus dosen UIN Malang.
Penelitian ini menyoroti bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, menanamkan semangat toleransi melalui nilai luhur Bhineka Tunggal Ika. Upaya membangun kerukunan diwujudkan dalam program seperti interfaith youth camp, kegiatan lintas agama di pesantren, hingga proyek kemanusiaan bersama antarumat beragama.
Kementerian Agama RI melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga berperan penting sebagai jembatan komunikasi dan mediasi antarumat beragama di tingkat daerah. Tradisi lokal seperti pengajian, selametan, dan shalawatan menjadi sarana efektif menumbuhkan kebersamaan dalam perbedaan.
Sementara itu di Inggris, riset ini menelusuri kiprah lembaga Faith & Belief Forum dan Bahu Trust Mosque yang mendorong dialog antarumat beragama melalui program pendidikan, kunjungan lintas tempat ibadah, dan kerja sama dengan parlemen setempat (Parlia Mentors Program). Melalui kegiatan ini, para pemuda dari berbagai latar belakang agama belajar langsung tentang kepemimpinan, toleransi, dan kerja sama sipil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun berbeda konteks sosial dan politik, baik Indonesia maupun Inggris memiliki semangat yang sama: menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan pemisah.
“Model berbasis komunitas di Indonesia bisa menginspirasi Inggris dalam memperkuat solidaritas akar rumput, sedangkan Inggris dapat memberi contoh bagaimana sistem kelembagaan mampu menopang kerja sama lintas agama yang lebih terstruktur,” ujar Faridatun Nikmah.
Keduanya, lanjutnya, bisa saling belajar untuk membangun jejaring global yang mendorong nilai-nilai kemanusiaan universal, menghadapi tantangan radikalisme, migrasi, dan disintegrasi sosial.
Penelitian yang dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dan analisis dokumen ini menegaskan pentingnya interfaith engagement sebagai proses berkelanjutan yang melibatkan semua pihak—mulai dari masyarakat, lembaga agama, hingga pemerintah.
“Dialog lintas iman bukan sekadar diskusi, tetapi praktik nyata dari empati, saling percaya, dan tanggung jawab bersama,” ujar Devi menutup wawancara.
Melalui pembelajaran timbal balik antara Indonesia dan Inggris, riset ini memberikan pesan kuat bahwa perdamaian global hanya bisa terwujud jika umat beragama mau membuka diri, saling belajar, dan menjadikan perbedaan sebagai jembatan, bukan jurang pemisah.
Sumber: uin-malang.ac.id
Mengenal SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan
administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera
jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami