GIS UM Bandung Kembali Berjaya, Torehkan Prestasi Gemilang di IGC 2025
16 Dec 2025
16 Dec 2025

SEVIMA.COM – Ismail Nasar, M.Pd., dosen Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng sekaligus mahasiswa program doktoral Universitas Pendidikan Ganesha, tampil sebagai salah satu pemateri dalam The 5th International Conference on Education, Humanities, Health, Agriculture, and Engineering (ICEHHA V) pada Kamis 11 Desember 2025.
Presentasinya berlangsung secara virtual melalui Zoom dan menarik perhatian peserta 5th ICEHHA.
Dalam seminar internasional tersebut, Ismail memaparkan materi berjudul “Educational Leadership in the Age of Artificial Intelligence: A Systematic Review of Trends, Challenges, and Future Implications.”
Ia menyajikan hasil tinjauan literatur mendalam yang menghimpun 40 artikel internasional dari database Scopus, SINTA, Web of Science, SpringerLink, dan DOAJ yang terbit antara 2020 – 2025.
“Artificial intelligence tidak bertujuan menggantikan manusia, tetapi memperkuat nilai-nilai kemanusiaan melalui empati dan keputusan berbasis data,” tegas Ismail membuka paparannya.
Ismail menekankan bahwa kemunculan teknologi AI memaksa pemimpin pendidikan berpindah dari model administratif tradisional menuju kepemimpinan yang adaptif, etis, kolaboratif, dan berbasis data.
Ia mengungkap enam fokus utama dari hasil telaah sistematisnya:
“Kepemimpinan yang tangguh lahir dari integrasi kemampuan teknologi, kepekaan nilai, dan ketanggapan terhadap kebijakan,” ujar Ismail.
Ia menambahkan bahwa pendidik membutuhkan literasi digital yang kuat untuk mengelola sistem pembelajaran generatif, menata kebijakan yang selaras dengan etika, serta menegaskan bahwa keseimbangan antara kecanggihan teknologi dan kebijaksanaan manusia menjadi kunci masa depan pendidikan.
Dalam paparannya, Ismail menunjukkan bahwa berbagai institusi pendidikan dunia menghadapi kesenjangan regulasi, etika, dan kesiapan SDM dalam mengadopsi kecerdasan artifisial.
Ia memaparkan temuan penelitian bahwa:
“Pemimpin masa depan harus mampu menyeimbangkan efisiensi teknologi dengan keadilan sosial. Tanpa etika, transformasi digital hanya akan melahirkan ketimpangan baru,” jelasnya.
Ismail menegaskan bahwa kepemimpinan pendidikan berbasis AI tetap membutuhkan sentuhan empati, integritas moral, dan kepekaan kemanusiaan. Menurutnya, refleksi etis menjadi inti kepemimpinan era digital.
Ia menampilkan model konseptual tiga spektrum kepemimpinan AI:
“Pemimpin pendidikan tidak cukup memahami teknologi. Mereka harus memastikan teknologi digunakan secara bertanggung jawab, inklusif, dan berkeadilan,” tegas Ismail.
Model ini, lanjutnya, diusulkan sebagai kerangka konseptual baru untuk menghadapi era pendidikan berbasis kecerdasan artifisial yang inklusif dan berkelanjutan.
Presentasi Ismail menegaskan urgensi kepemimpinan digital yang berlandaskan nilai bagi arah pendidikan Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
Ia menilai bahwa integrasi AI dalam pendidikan harus berjalan seiring dengan penguatan karakter, literasi etis, dan kebijakan yang berpihak pada kemanusiaan.
Peserta ICEHHA V dari berbagai negara memberi respons positif atas pemaparan komprehensif Ismail yang memadukan perspektif akademik global dan konteks nasional Indonesia.
Sumber: unikastpaulus.ac.id
Diposting Oleh:

Vinggi SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami