Bupati Batang Hari Apresiasi Executive Forum SEVIMA, Dihadiri Ratusan Rektor
15 Dec 2025
11 Nov 2025
Jakarta, SEVIMA News — Implementasi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di perguruan tinggi bukan sekadar perubahan administratif, melainkan transformasi menyeluruh dalam budaya akademik dan tata kelola pendidikan tinggi. Dalam seminar nasional SEVIMA yang rutin digelar dan dihadiri oleh ribuan rektor serta dosen se-Indonesia, Dr. Dandi Darmadi, M.A.P, Pakar Digitalisasi Kampus dan Pakar Pendidikan Tinggi di Indonesia, mengupas tuntas bagaimana strategi change management menjadi kunci sukses dalam pelaksanaan RPL di era digital.
Dalam paparannya, Dr. Dandi menegaskan bahwa keberhasilan RPL tidak hanya ditentukan oleh sistem dan regulasi, tetapi oleh bagaimana institusi mampu mengelola perubahan secara terstruktur dan berkelanjutan.
“Change management dalam RPL itu bukan hanya soal mengganti sistem lama ke sistem baru. Ini tentang mengubah cara berpikir, cara bekerja, dan cara seluruh sivitas akademika melihat proses pembelajaran secara lebih terbuka dan inklusif,*” ujar Dr. Dandi.
Menurutnya, terdapat enam tahapan penting dalam manajemen perubahan RPL yang harus diperhatikan agar transisi berjalan lancar dan berkelanjutan (smooth and sustainable transition): stakeholder analysis, communication plan, training program, pilot implementation, resistance management, dan monitoring adoption.
Tahap pertama dalam implementasi RPL adalah melakukan analisis pemangku kepentingan (stakeholder analysis). Dr. Dandi menjelaskan bahwa setiap kampus memiliki karakteristik dan dinamika berbeda antara pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
“Penting untuk memahami siapa saja pihak yang terdampak oleh kebijakan RPL, bagaimana pandangan mereka, dan apa kekhawatiran yang mungkin muncul. Dengan memahami peta ini, kampus dapat menyiapkan strategi komunikasi dan pelibatan yang tepat,” jelasnya.
Tahap kedua adalah menyusun rencana komunikasi yang jelas dan konsisten. Menurut Dr. Dandi, komunikasi yang baik dapat mencegah resistensi dan kesalahpahaman yang sering menjadi hambatan utama dalam perubahan sistem di perguruan tinggi.
“Tanpa komunikasi yang efektif, kebijakan RPL bisa dianggap proyek elitis yang hanya dipahami segelintir orang. Padahal, ini adalah transformasi kolektif. Semua pihak harus tahu ‘mengapa perubahan ini penting’ dan ‘bagaimana dampaknya bagi mereka,’” tegasnya.
Perubahan yang baik tidak akan terjadi tanpa kesiapan sumber daya manusia. Karena itu, Dandi menekankan pentingnya program pelatihan (training program) bagi dosen dan staf administrasi agar mereka mampu beradaptasi dengan sistem baru berbasis digital.
“Transformasi digital dalam RPL menuntut literasi teknologi dan pemahaman regulasi yang kuat. Pelatihan harus dirancang berjenjang dan berkelanjutan agar seluruh tim bisa bekerja dengan percaya diri,” kata Dandi.
Tahap keempat adalah melakukan implementasi percontohan (pilot implementation). Strategi ini memungkinkan kampus untuk menguji efektivitas sistem, mengevaluasi proses, dan melakukan penyesuaian sebelum penerapan penuh.
“Pilot project bukan sekadar formalitas. Ini fase pembelajaran untuk menemukan apa yang berhasil dan apa yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Dr. Dandi menekankan bahwa resistensi adalah bagian alami dari perubahan. Karena itu, kampus perlu menyiapkan strategi resistance management, misalnya dengan melibatkan pihak-pihak yang skeptis dalam proses diskusi dan evaluasi agar mereka merasa menjadi bagian dari solusi.
“Alih-alih dilawan, resistensi harus dikelola. Banyak ide berharga justru muncul dari pihak yang awalnya ragu,” tambahnya.
Tahap terakhir adalah monitoring adoption, yaitu memastikan bahwa perubahan benar-benar diadopsi oleh seluruh sivitas akademika. Monitoring dapat dilakukan melalui survei kepuasan, evaluasi berkala, serta pengukuran dampak terhadap kualitas pembelajaran dan efisiensi administrasi akademik.
“Transisi yang sukses bukan hanya terlihat di tahun pertama, tetapi ketika sistem baru menjadi budaya baru. Itulah indikator bahwa manajemen perubahan berjalan efektif,” tutup Dandi.
Dr. Dandi Darmadi adalah seorang profesional dengan lebih dari satu dekade pengalaman dalam dunia pendidikan tinggi. Ia menjabat sebagai Koordinator MBKM dan Dosen Administrasi Publik di Universitas Andi Djemma, Palopo, Sulawesi Selatan, serta aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi lain di Indonesia.
Sebagai Training Manager di SEVIMA, Dandi berperan penting dalam membantu lebih dari 1.200 perguruan tinggi mengoptimalkan sistem akademik dan pembelajaran digital melalui SEVIMA Platform. Kepakarannya meliputi kebijakan publik, manajemen keuangan sektor publik, politik dan pemerintahan, serta manajemen sumber daya manusia.
Seminar SEVIMA ini kembali menegaskan pentingnya peran change management dalam mewujudkan kampus adaptif di era transformasi digital. Dengan strategi yang tepat dan kepemimpinan yang visioner, RPL dapat menjadi motor penggerak bagi perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan unggul yang siap bersaing di tingkat global.
“RPL bukan sekadar kebijakan administratif. Ia adalah bentuk nyata keberpihakan pendidikan terhadap keberagaman pengalaman dan kompetensi manusia. Dengan manajemen perubahan yang tepat, transformasi ini bisa menjadi tonggak sejarah bagi masa depan pendidikan tinggi Indonesia,” pungkas Dr. Dandi.
Diposting Oleh:
helfida
Tags:
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami