10 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar : Mengenal SNPMB 2025 serta Strategi PTN – PTS dalam Membuka Gelombang Pendaftaran & Mempromosikan Penerimaan Mahasiswa Baru Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 31 Dec 2024

Ketua Asosiasi AMI: Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Bukan Sulap, Harus Bertahap

Liza SEVIMA

SEVIMA.COM– Sebagian perguruan tinggi di Indonesia belum menganggap penting Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), dari 4.019 perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki 21.387 program studi, masih terdapat 34,5 persen (setara dengan 1.386 PTS) yang belum terakreditasi.

Ketua Asosiasi Audit Mutu Internal (AMI) Perguruan Tinggi, Wonny Ahmad Ridwan, S.E., M.M., mengungkapkan bahwa perguruan tinggi yang telah menerapkan SPMI dengan baik akan lebih mudah mengajukan akreditasi. Namun, dia menegaskan bahwa peningkatan mutu perguruan tinggi tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan harus bertahap.

“Mutu sebuah perguruan tinggi ini bukan sulap, tetapi harus bertahap dilakukannya,” kata Wonny kepada SEVIMA pada 11 Juni 2024.

Mengapa SPMI itu Penting?

Wonny menjelaskan bahwa ada tiga alasan utama mengapa SPMI sangat penting bagi perguruan tinggi.

1. Amanat Undang-undang

Wonny menegaskan bahwa perguruan tinggi wajib menjalankan SPMI sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang kemudian diturunkan menjadi Permendikbud Ristek Nomor 53 Tahun 2023.

“Jadi pertama adalah kewajiban dari sudut hukum dan ini sudah 12 tahun lalu diundangkan. Namun setelah 12 tahun ini masih banyak perguruan tinggi maupun prodi yang belum terukur atau teruji, buktinya belum mendapatkan sertifikat baik dari BAN-PT maupun LAM,” ucap Wonny, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Layanan Belajar Universitas Insan Cita Indonesia (UICI).

2. Target Pengembangan Perguruan Tinggi

Wonny menambahkan bahwa perguruan tinggi perlu memiliki target yang jelas untuk pengembangan mutu kedepannya. Hal ini bertujuan agar pengelolaan perguruan tinggi tidak berjalan begitu saja tanpa arah, tetapi harus memiliki visi dan misi yang jelas.

“Kaitannya bahwa perguruan tinggi tidak bisa dikelola secara business as usual atau asal menggelinding saja, tapi harus by design,” ujarnya.

3. Menunjang Akreditasi

Menurut Wonny, SPMI di perguruan tinggi berhubungan langsung dengan akreditasi, karena dalam proses akreditasi, pelaksanaan sistem penjaminan mutu menjadi syarat keharusan sesuai amanat undang-undang.

“Tidak cukup dengan hanya mendapatkan poin-poin besar di tempat lain, kalau sistem penjaminan mutunya tidak jalan berarti dia hanya kebetulan. Perguruan tinggi bermutu harus by design bukan kebetulan,” katanya.

Wonny menjelaskan bahwa akreditasi hanya menguji seberapa jauh SPMI sebuah perguruan tinggi telah dilaksanakan, sehingga Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) hanya berfungsi sebagai potret.

“Kalau SPME-nya baik atau baik sekali berarti SPMI-nya hanya itu. Desainnya hanya itu, tidak sampai unggul,” ucapnya.

Tips Menerapkan SPMI di Perguruan Tinggi

Sebagai Ketua AMI Perguruan Tinggi, Wonny menyampaikan beberapa tips yang bisa dijalankan oleh kampus agar bisa menerapkan SPMI dengan baik.

  • Membuat Standar yang Jelas

Syarat menjalankan SPMI adalah membuat standar di setiap perguruan tinggi. Minimal kampus harus memenuhi standar nasional minimum yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud Ristek. Untuk standar nasional minimum yang perlu dipenuhi meliputi sarana prasarana, keuangan, akademik, fasilitas dan lain sebagainya. Selain itu perguruan tinggi juga perlu memiliki standar kampus sendiri sehingga tidak hanya memenuhi standar nasional minimum tetapi bisa melampauinya.

“Perguruan Tinggi harus mengarah ke sana kalau mau benar pengelola dalam melaksanakan penjaminan mutu di kampusnya,” ujarnya.

  • Komitmen Semua Pihak

Semua unsur yang ada di perguruan tinggi harus memiliki komitmen dalam menjalankan SPMI. Wonny memberi istilah total football, sehingga mulai dari pimpinan hingga unsur paling bawah perlu bersatu padu menjalankan SPMI.

“Jangan seolah-olah mutu ini punya beberapa orang saja, semua unsur perlu terlibat, berkomitmen, bersatu padu, kalau main bola itu total football. Jadi seluruh pihak yang ada di kampus, kalau PTS dari yayasan, mahasiswa, operator, dosen, sampai pesuruh harus bersatu padu, tidak bisa hanya beberapa orang saja,” ucapnya.

  • Memanfaatkan Teknologi

Wonny mengingatkan perguruan tinggi saat ini harus sudah melek teknologi agar tidak tertinggal zaman. Terlebih dalam Permendikbud Ristek Nomor 53 Tahun 2023 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi dokumen penjaminan mutu tidak lagi dalam bentuk cetak. Selain itu, penggunaan teknologi akan memudahkan civitas akademika dalam penyimpanan data.

“Suka tidak suka, mau tidak mau sekarang mengarah ke sana digitalisasi. Negara sudah meluncurkan Visi Indonesia Digital 2045, dimana sekarang semua urusan sudah menggunakan sistem digitalisasi seperti pembuatan SIM, BPJS, KTP digital semua. Masa perguruan tinggi sebagai gudangnya ilmuwan tidak mengarah ke sana. Apalagi kalau sistem IT-nya dikombinasi dengan AI (artificial intelligence),” katanya.

Dengan demikian, Wonny berharap agar perguruan tinggi di Indonesia semakin menyadari pentingnya penerapan SPMI untuk mencapai mutu yang unggul dan akreditasi yang baik. Proses ini memang tidak bisa instan, namun dengan langkah bertahap dan berkelanjutan, tujuan tersebut dapat tercapai.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×