Bupati Batang Hari Apresiasi Executive Forum SEVIMA, Dihadiri Ratusan Rektor
15 Dec 2025
SEVIMA.COM – Setiap tanggal 22 Oktober, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi para santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Pada tahun 2025, peringatan ini mengusung tema “Santri Siaga Jiwa, Raga, dan Negara: Memperkuat Moderasi Beragama dan Pendidikan untuk Perdamaian.” Tema tersebut mencerminkan komitmen santri dalam memperkokoh nilai-nilai moderasi dan mendukung kemajuan pendidikan agama yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Santri selama ini dikenal sebagai generasi penerus tradisi keislaman yang rahmatan lil‘alamin—Islam yang membawa kesejahteraan dan damai bagi seluruh umat manusia. Ditengah dinamika sosial-politik dan kemajuan teknologi yang pesat, peran santri semakin vital dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan perdamaian. Pendidikan Agama Islam (PAI) di masa kini mengalami banyak tantangan sekaligus peluang. Kurikulum pendidikan Islam saat ini tidak hanya fokus pada pengajaran ilmu keagamaan klasik, tetapi juga menjawab kebutuhan modern dengan pendekatan integratif yang menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan sikap moderat.
Pesantren sebagai pusat pendidikan Islam tradisional terus berinovasi dengan menambahkan pelajaran literasi digital, kewirausahaan, dan wawasan kebangsaan sehingga santri tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial yang progresif. Dalam Al-Qur’an, sikap moderasi dan perdamaian menjadi landasan utama dalam beragama dan bermasyarakat: “Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (pun) menjadi saksi atas kamu.” (Qs. Al- Baqarah: 143). Ayat ini mengingatkan bahwa umat Islam harus menyeimbangkan aspek spiritual dan sosial, menjadi umat yang adil dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat luas.
Selain itu, Rasulullah SAW menegaskan pentingnya cinta kasih dan toleransi antar sesama manusia: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim) Pendidikan agama yang menanamkan nilai-nilai seperti ini sangat relevan di era sekarang agar generasi muda tumbuh sebagai pribadi yang toleran, berakhlak mulia, dan siap membangun kerukunan antar umat beragama.
Peringatan Hari Santri Nasional tahun 2025 diwarnai berbagai kegiatan yang menguatkan kapasitas santri dan lembaga pendidikan Islam—mulai dari seminar moderasi beragama, dialog lintas agama, hingga pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan berbasis nilai Islam. Pemerintah dan tokoh masyarakat bersama-sama mendukung upaya pembaruan pendidikan agama yang tidak hanya mengedepankan hafalan teks, tetapi juga pembentukan karakter yang siap menghadapi tantangan global. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keberagaman, pesan moderasi dan edukasi Islam yang inklusif menjadi kunci untuk menyatukan perbedaan tanpa kehilangan jati diri.
Santri hari ini tidak hanya penjaga tradisi agama, tetapi juga agen perdamaian yang membawa optimisme besar bagi masa depan bangsa.
Peringatan Hari Santri juga menjadi momen penting untuk merenungkan tantangan dan peluang yang dihadapi santri dalam mewujudkan perdamaian global serta mengisi kemerdekaan Indonesia secara konstruktif. Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, santri dituntut untuk tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, tetapi juga mampu menghadapi tantangan kompleks seperti intoleransi, radikalisme, dan konflik sosial yang marak di berbagai belahan dunia.
Tantangan ini menuntut santri untuk semakin mengedepankan nilai moderasi, toleransi, dan sikap inklusif dalam bertindak. Peluang bagi santri untuk mewujudkan perdamaian global semakin terbuka luas dengan kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan penyebaran ajaran Islam yang rahmatan lil‘alamin secara cepat dan masif. Melalui pendidikan yang relevan dan berbasis nilai-nilai kebangsaan, santri dapat menjadi agen perubahan yang mendakwahkan perdamaian, menyebarkan narasi anti-kekerasan, dan menguatkan persaudaraan antar umat beragama di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Dengan demikian, santri tidak hanya menjadi penjaga keimanan, tetapi juga duta perdamaian dunia. Dalam konteks mengisi kemerdekaan, santri memiliki peran strategis dalam membangun bangsa yang berkarakter kuat dan bermoral. Kemerdekaan Indonesia bukan hanya soal kedaulatan politik, tetapi juga tentang kualitas dan integritas generasi penerus bangsa. Santri sebagai bagian dari bangsa ini harus aktif berkontribusi dalam membangun nilai-nilai keadilan sosial, menjaga keberagaman, dan memperkuat persatuan. Hal ini menjadi wujud nyata pengisian kemerdekaan yang berkelanjutan dan bermakna.
Namun, tantangan besar bagi santri adalah bagaimana mengintegrasikan nilai tradisional keislaman dengan dinamika perkembangan zaman tanpa kehilangan esensinya. Pendidikan agama Islam modern harus mampu menjawab kebutuhan zaman dengan menanamkan wawasan global, kecakapan digital, dan keberanian berpikir kritis. Santri yang terdidik dengan baik akan mampu menghadapi berbagai tantangan sosial dan global, serta berperan aktif dalam dialog antar agama dan budaya demi terwujudnya dunia yang damai. Dengan komitmen kuat dan dukungan semua pihak, santri berpeluang besar menjadi pemimpin masa depan yang membawa pesan perdamaian dan persatuan di tingkat global, serta menjadi tonggak pengisi kemerdekaan dengan karya nyata.
Hari Santri Nasional menjadi pengingat bahwa kontribusi mereka bukan hanya menghormati sejarah, tetapi juga sebagai pijakan untuk terus membangun masa depan bangsa dan dunia yang lebih baik. Hari Santri menjadi momen penting untuk merenungkan tantangan dan peluang yang dihadapi santri dalam mewujudkan perdamaian global serta mengisi kemerdekaan Indonesia secara konstruktif. Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, santri dituntut untuk tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, tetapi juga mampu menghadapi tantangan kompleks seperti intoleransi, radikalisme, dan konflik sosial yang marak di berbagai belahan dunia.
Penulis: Muhammad Yusuf, S.Ud.,M.Pd. (Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palopo)
Diposting Oleh:
Erna SEVIMA
Tags:
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami