Kontak Kami

Berita

Prof Jefri Undana di Hari Penerbangan Nasional: Momentum Mencetak “Habibie-Habibie Baru” dari Kampus dan Ekosistem Riset Indonesia

23 Oct 2025

SEVIMA.COM – Setiap 27 Oktober, publik Indonesia memperingati Hari Penerbangan Nasional. Peringatan ini tidak sebatas kilas balik sejarah dirgantara, melainkan undangan kolektif untuk menata masa depan industri penerbangan Indonesia di tengah era digital yang berubah cepat. Pertanyaan yang mengemuka: apakah generasi muda kini siap melahirkan “Habibie baru” bagi negeri?

Jawaban tegas datang dari Prof. Dr. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, Wakil Rektor IV Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang—seorang lulusan teknik mesin yang menekankan bahwa lahirnya sosok kaliber B.J. Habibie bukan perkara bakat tunggal, melainkan buah dari sistem pendidikan, budaya ilmiah, serta ekosistem riset dan eksperimen yang konsisten.

“Fungsi dan peran industri penerbangan di Indonesia ini sangat penting dan sangat krusial, apalagi kita negara kepulauan,” ujar Prof Jefri saat seminar SEVIMA di Hari Penerbangan Nasional di UNDANA Kupang, 27 Oktober 2025.

Kemandirian Teknologi sebagai Penopang Daya Saing dan Kepercayaan Diri Bangsa

Bagi Prof Jefri, Hari Penerbangan Nasional bukan sekadar seremoni. Ia adalah pengingat strategis bahwa kemajuan negara bergantung pada kemandirian teknologi. Industri penerbangan dipandangnya memiliki efek pengganda terhadap pertahanan dan kebanggaan nasional.

“Industri penerbangan merupakan identitas dari suatu negara. Dengan kuatnya teknologi dan industri penerbangan, itu juga menunjukkan betapa kuatnya suatu negara,” tegasnya.

Habibie sebagai Teladan Ilmuwan: Kagum yang Berakar pada Disiplin dan Dedikasi

Nama B.J. Habibie menempati ruang khusus dalam pandangan Prof Jefri. Kekaguman itu bukan semata pada kecerdasan, melainkan pada dedikasi ilmiah yang mendalam dan relevansi temuan Habibie hingga hari ini—pandangan yang wajar datang dari insinyur mesin yang tumbuh di tradisi sains keteknikan.

“Sudah pasti bagi saya itu almarhum B.J. Habibie adalah tokoh yang paling berkesan kalau kita bicara teknologi penerbangan. Saya sangat mengidolakan beliau, karena kami itu satu bidang ilmu,” tuturnya.

Salah satu warisan paling menginspirasi adalah crack propagation theory (teori perambatan keretakan) model matematika untuk memprediksi perilaku retak pada struktur pesawat hingga tingkat atom. Temuan ini krusial, sebab pada masa awal karier Habibie, kecelakaan udara kerap berakar pada kegagalan struktural. Bagi Prof Jefri, rumus Habibie adalah landasan ilmiah penting dalam rekayasa penerbangan, dan sosok Habibie merepresentasikan keuletan berpikir, disiplin kerja, serta jiwa pengabdian yang menjadi standar emas insinyur.

Tatakelola Industri: PR Berkelanjutan di Tengah Laju Teknologi

Kekaguman terhadap masa keemasan Habibie tidak menutup mata Prof Jefri pada tantangan kontemporer. Ia menyinggung tata kelola industri penerbangan nasional, sembari mencontohkan maskapai BUMN Garuda Indonesia sebagai cermin kompleksitas sektor.

“Selain teknologinya yang terus berkembang, kita juga perlu memahami bagaimana kompleksnya teknologi dalam bidang penerbangan. Garuda sudah melayani dengan baik, tapi masih ada tantangan terkait dengan tata kelola,” ujarnya.

Isu yang turut disorot ialah layanan penerbangan perintis di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal)—jantung konektivitas bagi negara kepulauan—yang dinilai masih belum optimal.

“Masih ada beberapa pulau atau daerah yang dilayaninya tidak seoptimal daerah yang lain, karena merupakan daerah terluar,” kata Prof Jefri.

Peta Jalan Mencetak “Habibie Baru”: Tiga Strategi Utama dari Kampus ke Industri

Untuk melahirkan generasi penerus yang brilian seperti Habibie, Prof Jefri menekankan keberlanjutan sistem dan ekosistem riset yang nyata. Teknologi tidak bertunas di ruang hampa; ia lahir dari ruang belajar hidup yang responsif terhadap perubahan. Tiga strategi kunci berikut disarikan dari pandangan beliau—tanpa menambah cakupan di luar naskah asli:

1) Pendidikan Teknik yang Adaptif terhadap Arah Riset Terkini

Kurikulum yang statis membuat lulusan gagap menghadapi industri modern. Kampus perlu menyelaraskan kurikulum dengan arus riset dan inovasi terbaru, agar mahasiswa bukan sekadar pengguna, melainkan pencipta teknologi.

“Jadi ilmu yang dipelajari jika kita mau ada generasi muda yang memiliki kompetensi luar biasa di bidang industri penerbangan, maka kita sebagai dosen, sebagai guru itu harus melengkapi mereka dengan kurikulum yang adaptif dan sesuai perkembangan ilmu,” jelasnya.

Pengajar pun diingatkan untuk tidak berpuas diri dengan pengetahuan usang.

“Jangan sampai dosen atau guru merasa puas dengan bidang ilmu terkait, tapi mungkin ilmunya sudah ketinggalan zaman,” tambahnya.

2) Penguatan Laboratorium dan Riset Eksperimental

Ilmu teknik hidup dari eksperimen. Laboratorium adalah jantung pembelajaran teknik—tempat ide diuji dan konsep diwujudkan. Banyak kampus, terutama di daerah, masih kekurangan alat dan sarana riset memadai. Apabila Indonesia serius ingin mencetak insinyur kelas dunia, maka investasi laboratorium harus menjadi prioritas.

“Karena kita mempelajari bidang ilmu teknik ini harus banyak bersentuhan dengan eksperimental dan simulasi yang membutuhkan alat-alat laboratorium yang cukup memadai,” ungkapnya.

Bagi Prof Jefri, praktik langsung adalah keniscayaan: “Langsung praktik,” tekannya.

3) Kolaborasi Triple Helix: Pemerintah–Industri–Akademisi

Habibie tumbuh dalam ekosistem inovasi yang memberi ruang bereksperimen. Hari ini, kolaborasi serupa masih lemah. Dunia kampus kerap berjalan sendiri, sementara industri dan pemerintah punya prioritas yang tidak selalu selaras. Sinergi ketiganya menjadi kunci agar hasil riset kampus menjelma produk nyata.

“Industri dan universitas memerlukan intervensi kebijakan pemerintah yang hadir dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung perkembangan industri-industri tertentu termasuk industri penerbangan,” kata Prof Jefri.

Menjaga Api Cita-Cita: Hari Penerbangan Nasional untuk Refleksi Kolektif

Peringatan Hari Penerbangan Nasional hendaknya menjadi tolok ukur: masihkah bangsa ini setia pada cita-cita ilmiah Habibie—disiplin, fokus, dan semangat rekayasa?

“Saya yakin, kalau generasi muda fokus, disiplin, dan punya semangat rekayasa, kita pasti bisa menghadirkan lagi Habibie-Habibie yang baru,” pungkasnya penuh optimisme.

Diposting Oleh:

Erna SEVIMA

Tags:

hari penerbangan nasional

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

Video Terbaru

🔴LIVE - Webinar Nasional: Strategi Sukses Menulis Artikel SCOPUS Pertama dan Mendapatkan ID Scopus