SEVIMA Ucapkan Selamat kepada Bhayangkara Jakarta Raya
04 Dec 2025
17 Oct 2025
SEVIMA.COM – Sebagai daerah dengan julukan Kota Pelajar, Yogyakarta selalu menjadi magnet bagi ide-ide baru dan inovasi pendidikan. Di kota yang menyeimbangkan antara tradisi dan teknologi ini, lahir berbagai gagasan untuk menyiapkan generasi muda menghadapi masa depan digital. Semangat itu pula terasa dalam acara yang digagas oleh SEVIMA dengan tema Sukses Menyusun Kurikulum Outcome Based Education (OBE) dan Project Based Learning (PjBL) dengan ChatGPT dan AI.
Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan yang berlangsung pada 13 Oktober 2025. Acara diikuti oleh ratusan rektor, pimpinan perguruan tinggi, dan akademisi dari berbagai daerah di Indonesia. Meski digelar di Yogyakarta, antusiasme peserta dari luar daerah seperti Sulawesi, Aceh, hingga Makassar tidak surut. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya kolaborasi lintas institusi dalam menyusun kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Ketua STMM, Dr. R. M. Agung Harimurti, M.Kom., membuka sambutannya dengan gaya ringan namun sarat makna. “Semoga nanti mahasiswanya tidak belajar menggunakan AI dan ChatGPT, lalu dosennya juga menilai dengan AI, hingga akhirnya ijazahnya pun menjadi ijazah ChatGPT,” ujarnya, disambut tawa hadirin. Candaan itu mungkin terdengar jenaka, namun tersimpan pesan serius di baliknya, dunia pendidikan harus bergerak cepat agar tidak tertinggal dalam arus besar transformasi digital.
Agung kemudian menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia yakni membutuhkan 9 juta talenta digital pada tahun 2030. “Dari suplai yang ada, baru sekitar enam juta yang bisa kita hasilkan dari lulusan SMK, diploma, dan sarjana di bidang teknologi informasi serta ilmu komputer,” jelasnya.
Tidak hanya itu, kebutuhan di sektor data science justru lebih banyak yakni mencapai lebih dari 29 ribu tenaga ahli. Jika kesenjangan ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin tenaga kerja asing akan mengisi ruang-ruang industri digital di dalam negeri.
Ironi pun muncul ketika ekonomi digital Indonesia telah menembus Rp 1.400 triliun, namun sebagian besar devisanya justru mengalir ke luar negeri. “Kita masih kekurangan ahli coding, AI, dan data science. Ini yang membuat kita belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkapnya.
Dalam konteks itu, Agung menegaskan bahwa dunia pendidikan harus bertransformasi melalui pendekatan OBE. Menurutnya, OBE bukan sekadar tren, melainkan filosofi yang menempatkan capaian pembelajaran mahasiswa sebagai tujuan utama. “OBE mengajarkan kita untuk tidak berhenti pada proses, tetapi memastikan mahasiswa benar-benar menguasai apa yang harus diketahui dan mampu dilakukan setelah belajar,” jelasnya.
Namun, OBE tidak dapat berdiri sendiri. Di sinilah PjBL memainkan peran penting sebagai metode pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. “Dalam PjBL, proyek bukan sekadar tugas tambahan, tetapi kerangka utama pembelajaran yang membuat mahasiswa belajar melalui pengalaman nyata,” tutur Agung.
Lalu di mana peran AI dalam semua ini? Agung menyebut kecerdasan buatan sebagai “asisten super” bagi para pendidik. Teknologi seperti ChatGPT, katanya, dapat membantu menganalisis kebutuhan industri, merumuskan learning outcomes, hingga menyusun rubrik penilaian yang presisi. “Pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus menggunakan AI, tetapi bagaimana kita bisa menggunakannya secara cerdas dan etis,” pesannya.
Kolaborasi Dunia Industri dan Akademik
Menariknya, kolaborasi STMM dengan SEVIMA kali ini tidak hanya berbicara konsep, tetapi juga praktik langsung. Andry Huzain, Chief Marketing Officer SEVIMA, membagikan kisah bagaimana timnya sendiri terus beradaptasi dengan cepatnya perkembangan AI. Karena perkembangan AI sangat cepat sekali. “Baru dua minggu lalu saya memberikan pelatihan internal tentang teknik prompting yang baik ke tim kami. Enam minggu bikin materi, enam kali berubah. Gerakannya cepat sekali,” ucap Andry.

Ketua STMM, Dr. R. M. Agung Harimurti, M.Kom., dan Chief Marketing Officer SEVIMA Andry Huzain.
Andry juga menggambarkan bagaimana penggunaan AI sudah masuk ke kehidupan sehari-hari, bahkan di rumahnya sendiri. Ia bercerita bahwa kedua putrinya yang masih usia pelajar, sudah tidak lagi menggunakan Google Search seperti dulu. “Sekarang mereka lebih sering pakai ChatGPT dan Claude. Kalau saya sendiri bikin grafik atau analisis data, sudah tidak repot lagi, cukup prompting yang tepat, hasilnya langsung rapi dan menarik,” katanya.
Dengan nada humor, ia menambahkan, “Dulu kalau cari referensi pakai Google Scholar, sekarang ada Scholarly, semua sumber bisa disatukan, dari PDF sampai YouTube, lengkap dengan catatan dan anti-plagiarisme. Ngeri, tapi keren,” ucapnya.
Namun di balik antusiasme itu, Andry menegaskan satu hal penting, teknologi hanyalah alat. Prinsip ini, menurutnya, sejalan dengan semangat design thinking, bahwa kreativitas sejati tetap berawal dari manusia.
“Banyak pekerjaan yang sebenarnya harus selesai di kepala dulu sebelum dikerjakan komputer. Kita harus tahu dulu apa yang mau dibuat. AI tidak bisa menggantikan visi manusia. Kalau prompt-nya asal-asalan, hasilnya juga asal-asalan.”
Andry menutup dengan kisah ringan tentang perjalanan SEVIMA keliling Indonesia. Dalam beberapa minggu terakhir, timnya telah menggelar kegiatan serupa di Pontianak, Nabire, Jambi, dan Banjarmasin, dan akan lanjut ke Medan serta Jember. “Kami bukan sekadar mencari klien. Misi kami adalah membantu dunia pendidikan tinggi Indonesia agar lebih cepat beradaptasi dengan teknologi. Tantangannya bukan di penjualan, tapi di adopsinya bagaimana dosen dan institusi memahami konsep OBE dan menerapkannya sesuai karakter masing-masing kampus,” tegasnya.
Dalam acara kali ini, turut hadir dua narasumber utama yang akan membagikan wawasan dan inspirasi terkait penyusunan kurikulum berbasis OBE dan PjBL. Prof. Wahyudi Agustiono, Ph.D., yang menjabat sebagai Vice President Association for Information System Chapter Indonesia (AISINDO) sekaligus Customer Strategic Manager SEVIMA, memberikan pemahaman pemanfaatan AI dalam merancang kurikulum yang inovatif dan efektif.
Selain itu, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY periode 2017-2020, juga hadir untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam penerapan OBE dan PjBL. Beliau membahas strategi pengembangan capaian pembelajaran dan pemetaan materi kuliah agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri dan perkembangan pendidikan modern. Kehadiran kedua narasumber ini memberikan inspirasi dan panduan praktis bagi seluruh civitas akademika yang mengikuti pelatihan.
Tim SEVIMA juga hadir dalam acara untuk mendukung jalannya diskusi dan berbagi pengalaman. Hadir antara lain Aditya Resha selaku Business Development Manager, Devita Amelia sebagai Marketing Manager, Khoirul Anam Customer Experience Manager, serta David Boy Tonara sebagai Product Manager. Tim SEVIMA lainnya yang turut hadir Bayu Nugraha, Anjar Faridz Maulana, Suhadaya Langgeng Kurniawan, Deriz Caesar, dan lainnya. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen SEVIMA tidak hanya sebagai penyelenggara, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam mendorong transformasi kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia.
Diposting Oleh:
Erna SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami