Kontak Kami

Dunia Kampus

Langkah Realistis Menuju Publikasi di Scopus: Dari Ide Riset hingga Submission

03 Dec 2025

SEVIMA.COM- Bagi banyak dosen, menerbitkan artikel di jurnal terindeks Scopus bukan perkara mudah. Prosesnya panjang, mulai dari memastikan novelty, merapikan metodologi, hingga melewati berbagai putaran review yang sering kali memakan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. 

Tidak sedikit naskah yang harus direvisi berkali-kali, bahkan ditolak di tahap awal. Dengan tantangan yang besar, keberhasilan menembus Scopus standar emas bagi akademisi menunjukkan kualitas dan kapasitas ilmiahnya. Publikasi tersebut bukan hanya menandai kualitas riset yang solid, tetapi juga menjadi bentuk pengakuan akademik yang diakui secara internasional.

Dengan penelitian yang kredibel, dosen yang mampu menembus Scopus dipandang memiliki reputasi akademik yang solid dan dapat dipertanggungjawabkan. Lebih dari sekadar pengakuan, publikasi Scopus kini memiliki portofolio dalam penilaian kinerja dosen. 

Berdasarkan Kepmendiktisaintek No.63/M/KEP/2025, penerbitan jurnal bereputasi internasional terindeks Scopus menjadi salah satu syarat mutlak untuk kenaikan jabatan fungsional, terutama pada jenjang Lektor Kepala hingga Profesor.

Tertulis dalam dalam aturan tersebut di halaman 5 dan 6, terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi oleh lektor kepala dan guru besar/profesor:

  • Syarat Khusus Lektor kepala
Syarat Khusus Lektor – Lektor Kepala
1. 1 (satu) karya ilmiah di jurnal nasional terakreditasi peringkat 1 atau peringkat 2 sebagai penulis pertama;
2. 1 (satu) karya ilmiah di jurnal internasional yang terindeks oleh lembaga pengindeks internasional bereputasi sebagai penulis pertama; atau
3. hasil karya seni yang diakui secara nasional.
  • Syarat Khusus Guru Besar/ Profesor
Lektor Kepala – Guru besar/ Profesor
Syarat Khusus 1 (satu) Karya Ilmiah di Jurnal Internasional Bereputasi dan Terindeks dengan SJR ≥ 0.10 atau JIF ≥ 0.05 sebagai penulis pertama atau hasil karya seni yang diakui secara internasional.
  1. Pernah mendapatkan hibah penelitian kompetitif/penugasan (tingkat daerah/nasional/kementerian/internasional/korporasi), yang dibuktikan dengan SK.

Menerbitkan artikel di jurnal Scopus memang bukan proses yang ringan. Mulai dari menentukan novelty, memastikan metodologi yang kokoh, hingga melewati review berlapis yang sering kali memakan waktu lama—setiap tahap membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan komitmen tinggi. 

Karena itulah, banyak dosen mengakui bahwa perjalanan menuju publikasi Scopus terasa menantang. Namun ketika akhirnya naskah diterima, seluruh proses tersebut terbayar. Publikasi Scopus menjadi bukti kualitas penelitian, pengakuan di komunitas ilmiah internasional, sekaligus pencapaian yang berdampak langsung pada pengembangan karier akademik.

Jika Bapak/Ibu sedang meniti jalan menuju publikasi tersebut, berikut langkah-langkah yang dapat menjadi panduan dalam menerbitkan jurnal Scopus.

Langkah Publikasi Scopus dari Ide hingga Publish

1. Riset Masalah Menjadi Pondasi Utama dalam Penelitian

Langkah paling fundamental adalah menentukan ide riset yang memiliki kontribusi nyata. Jurnal internasional tidak tertarik pada topik yang sekadar trending, tetapi pada masalah yang secara ilmiah memiliki research gap yang jelas. 

Bagi Bapak/Ibu yang fokus pada bidang tertentu, seperti kesehatan, pendidikan, teknologi, atau sosial humaniora, amati hambatan di lapangan dan hubungkan dengan teori dan penelitian sebelumnya. Dari proses itu, Anda akan menemukan celah ilmiah yang memungkinkan munculnya kontribusi baru. Riset yang lahir dari masalah nyata umumnya lebih mudah ditulis dan lebih dihargai oleh jurnal internasional.

2. Memperkuat Riset dengan Kajian Literatur yang Terstruktur

Scopus menilai secara ketat kualitas kajian literatur sebagai indikator apakah peneliti memahami posisi risetnya. Karena itu, kajian literatur perlu dilakukan secara sistematis. Untuk dosen di Indonesia, keselarasan kajian literatur juga berkaitan dengan regulasi. Dalam PO-PAK 2024, kejelasan kebaruan penelitian (novelty) menjadi poin penting dalam penilaian angka kredit penelitian. 

Novelty tersebut harus dibuktikan melalui kajian literatur yang memetakan penelitian terdahulu, memperlihatkan apa yang sudah diketahui, apa yang belum diteliti, dan di mana letak kontribusi penelitian. Gunakan jurnal bereputasi sebagai referensi utama, bukan blog atau artikel populer. Literasi ilmiah yang matang akan membentuk kerangka berpikir yang solid untuk menulis bagian pendahuluan dan diskusi.

3. Merancang Metodologi yang Realistis dan Dapat Direplikasi

Metodologi yang jelas dan dapat direplikasi adalah aspek yang paling diperhatikan editor dan reviewer Scopus. Banyak naskah desk-rejected karena dianggap tidak memiliki ketegasan metodologis. 

Metode tidak harus rumit, tetapi harus tepat. Jika penelitian Anda berada di lapangan yang memiliki keterbatasan data atau fasilitas, gunakan pendekatan yang realistis seperti quasi-experimental design, case study, atau survey research. Yang penting adalah validitas instrumen, transparansi pengumpulan data, dan komitmen terhadap etika penelitian.

4. Menyusun Draft Artikel dengan Struktur IMRAD yang Tegas

Penulisan artikel ilmiah harus mengikuti struktur IMRAD (Introduction, Methods, Results, and Discussion). Bagian pendahuluan perlu langsung menuju masalah, gap, dan tujuan. 

Hindari memulai dengan definisi panjang atau penjelasan umum. Bagian metode harus menjawab tiga pertanyaan sekaligus: bagaimana penelitian dilakukan, mengapa metode tersebut tepat, dan bagaimana penelitian dapat direplikasi pihak lain. Bagian hasil perlu disajikan secara objektif, sementara diskusi mengaitkan temuan dengan teori dan literatur. 

Dikutip dari laman resmi Elsevier terkait Content Policy and Selection (Diakses pada 1 Desember 2025), matrix penilaian penelitian dinilai dari kontribusi akademik, kejelasan abstrak, kualitas dan konsistensi dengan aims & scope, dan keterbacaan artikel. Editor Scopus sangat menghargai kejelasan dan kelugasan.

5. Menentukan Jurnal Scopus yang Tepat dan Sejalan dengan Arah Riset

Pemilihan jurnal berperan besar terhadap peluang diterima. Banyak peneliti mengirim artikel ke jurnal Scopus tanpa meninjau aims and scope. Akibatnya, artikel ditolak pada tahap awal. 

Membaca beberapa artikel terbaru pada jurnal target untuk memahami pola metodologi, gaya penulisan, dan jumlah artikel yang diterbitkan. Selain itu, pastikan jurnal tersebut benar-benar terindeks Scopus dan bukan jurnal predatory atau hijacked. Hal ini penting karena dalam Kepmendiktisaintek No.63/M/KEP/2025 (hal 7), publikasi di jurnal tidak bereputasi tidak diakui sebagai angka kredit penelitian.

6. Memoles Bahasa, Alur, dan Format dengan Standar Internasional

Sebelum submission, pastikan kualitas bahasa dan alur naskah benar-benar matang. Jurnal internasional mengutamakan bahasa Inggris akademik yang jelas, lugas, dan bebas ambiguitas. Editor umumnya membaca abstrak dan paragraf pertama untuk menentukan apakah naskah layak lanjut ke review atau tidak.

Selain bahasa, periksa semua aspek teknis: konsistensi sitasi, gaya referensi, format tabel dan gambar, serta kesesuaian dengan panduan penulis jurnal. Kesalahan teknis kecil sering menjadi alasan penolakan sebelum naskah masuk tahap review.

7. Menjaga Etika Publikasi Ilmiah sesuai Standar Nasional dan Internasional

Etika publikasi menjadi perhatian besar di jurnal bereputasi. Hindari duplikasi publikasi, self-plagiarism, manipulasi data, dan salami slicing. Jurnal Scopus sangat tegas terhadap pelanggaran ini. Selain itu, pastikan Anda menyatakan conflict of interest jika ada pendanaan atau potensi bias. Integritas ilmiah adalah faktor utama yang menentukan reputasi seorang peneliti.

8. Menyiapkan Submission secara Teliti: Tahap Penentu Sebelum Review

Tahap submission memerlukan ketelitian ekstra. Pastikan judul ringkas dan mencerminkan kontribusi riset. Abstrak harus mencakup tujuan, metode, hasil utama, dan relevansi temuan. Pastikan semua file pelengkap seperti supplementary data, grafik, tabel, dan cover letter disiapkan sesuai pedoman jurnal. 

Cover letter harus ditulis profesional dan menjelaskan mengapa artikel Anda relevan dengan jurnal tersebut. Setelah semuanya siap, barulah naskah dikirim melalui sistem submission jurnal. Dari sini, proses review akan berjalan, biasanya dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Meraih publikasi Scopus memang menjadi pencapaian penting bagi dosen, namun perjalanan akademik tidak berhenti di sana. Setiap karya ilmiah yang terbit termasuk artikel Scopus akan menjadi bagian dari rekam jejak kinerja dosen yang harus dilaporkan secara resmi melalui Beban Kerja Dosen (BKD) ke Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi (SISTER). 

Di sinilah tantangan baru muncul: mengelola, menyimpan, dan memastikan seluruh data aktivitas dosen terdokumentasi dengan baik. Banyak perguruan tinggi masih kesulitan menjaga konsistensi data, sehingga proses pelaporan sering memakan waktu dan membuat dosen kewalahan. Untuk itu, sistem pengelolaan data yang terintegrasi menjadi kebutuhan penting dalam mendukung perjalanan akademik dan pemenuhan kewajiban administratif dosen.

SEVIMA Platform Telah Terintegrasi dengan SISTER, Memudahkan Pelaporan Beban Kerja Dosen (BKD)

SEVIMA Platform mendukung kebutuhan tersebut melalui integrasi dengan SISTER Cloud DIKTI. Dengan integrasi ini, pengelolaan data pegawai dan pelaporan BKD dapat dilakukan dalam satu platform, sehingga proses pengiriman data ke SISTER menjadi jauh lebih mudah dan efisien.

Berikut versi yang lebih singkat dan ringkas:

  1. Pengisian data lebih fleksibel
    Dengan SEVIMA Platform, dosen bisa mencicil pengisian BKD sepanjang waktu. Saat periode pelaporan dibuka, tinggal sinkronisasi tanpa harus mengisi ulang dari awal.
  2. Data tersimpan rapi dan aman
    Tidak ada lagi data hilang atau berantakan. Semua aktivitas dosen terdokumentasi dalam satu sistem, sehingga mudah diolah ketika pelaporan BKD tiba.
  3. Mendukung BKD internal
    Platform ini juga bisa digunakan sebagai BKD internal, mengakomodasi seluruh kegiatan Tridharma dan mempermudah proses akreditasi.

Dengan memasukkan data BKD sekali saja melalui SEVIMA Platform, seluruh informasi dapat langsung disinkronkan ke SISTER tanpa proses berulang. Dosen juga merasa lebih tenang karena data tersimpan di lingkungan internal perguruan tinggi, sehingga mudah diolah kembali untuk kebutuhan akreditasi maupun evaluasi kinerja.

Ingin merasakan kemudahan sistem yang mendukung administrasi BKD secara efisien? Hubungi tim kami melalui Whatsapp Official 082261610404 dan kunjungi SEVIMA.COM untuk informasi lebih lanjut.

 

*Artikel direview langsung oleh Prof. Imas Maesaroh, M.Lib., Ph.D. selaku Guru Besar ke-101 Bidang Ilmu Manajemen Informasi dan Komunikasi Dakwah UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya

Diposting Oleh:

Liza SEVIMA

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

Video Terbaru

🔴LIVE - Webinar Nasional: Strategi Sukses Menulis Artikel SCOPUS Pertama dan Mendapatkan ID Scopus