Opini • 20 May 2024
Opini • 12 Sep 2022
Peran Civitas Akademika Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate di Era Teknologi Digital
Fadhol SEVIMA
Penulis: ARSAD SUNI, S.Kep, Ns., M.Kep
Wakil Direktur: Poltekkes Kemenkes Ternate (POLTEKKES TERNATE)
Dunia pendidikan selalu mengalami kemajuan dan perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Saat ini kita berada di era yang dikenal dengan sebutan Era Revolusi Industri 4.0 bahkan 5.0 atau juga disebut Era Digitalisasi. Tentunya Poltekkes Kemenkes Ternate dengan sebutan POLKESTER sebagai satu-satunya Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Negeri di wilayah Provinsi Maluku Utara yang juga dikenal sebagai wilayah kekuasaan raja-raja Moloku Kie Raha. Perlu adanya perubahan peran Civitas Akademika yang adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih melalui upaya berkolaborasi dan berinovasi.
Hal ini senada dengan Mas Menteri Nadiem Makarim (begitu sapaan bapak Mendikbud Ristehdikti) dalam setiap kesempatan, bahwa di era revolusi industri 4.0, informasi bagaikan mata uang baru. Sehingga institusi pendidikan sebagai ladang tempat generasi bangsa menimbah ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, maka sivitas akademika sangat berperan menjadi navigasi dalam lautan informasi menjadi sangat penting.
Walaupun di era digitalisasi membawa banyak perubahan dan perkembangan positif seperti mudahnya mengakses dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber dengan cepat. Memberi kemudahan belajar dari berbagai tempat, menjawab permasalahan yang dialami dalam berbagai kehidupan masyarakat.
Namun dalam era digitalisasi ini tidak tereliminasir seoptimal mungkin semua dampak negatif. Penyebabnya adalah kehadiran era digital umumnya bersamaan dengan perkembangan zaman yang melibatkan berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial, politik, ekonomi, maupun aspek nilai dan budaya.
Perkembangan dan kemajuan teknologi yang canggih masa depan sangat mempengaruhi peradaban dan kehidupan sosial masyarakat. Dalam sebuah konferensi Zuckerberg sebagai CEO dari perusahaan digital terbesar di dunia menuturkan pandangannya mengenai banyak hal. Salah satu yang mendapat sorotan adalah perkembangan teknologi Virtual Reality (VR) yang akan menjadi tren internet pada masa depan.
Selanjutnya James Canton, seorang entrepreneur, sekaligus CEO dan Chairman Institute for Global Future, menggambarkan peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi dalam merevolusi dunia. Dengan istilah “innovation economy” (ekonomi yang berbasis inovasi). Yakni berbicara tentang bagaimana manusia harus mampu berpikir ke depan dan menciptakan ide. Lalu memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan ide tersebut menjadi inovasi yang bisa dikembangkan secara ekonomi dan global.
Mungkinkah konsep ini yang diadopsi oleh Mas Menteri Nadiem Makarim? Yang jelas kini dunia pendidikan mulai sangat terasa dengan perubahan dan perkembangan revolusi industri yang begitu cepat, dan beberapa tahun kedepan secara global dan khususnya di negara-negara Asia akan memimpin beragam
perubahan. Hal ini membutuhkan peran institusi pendidikan dalam hal ini sivitas akademika sebagai wadah sumber sumber informasi ilmu pengetahuan. Olehnya itu, kolaborasi antar institusi pendidikan kesehatan dari setiap program studi sangat dibutuhkan.
Tak terasa sudah tiga tahun kita bergelimang dalam pandemi Covid-19, dimana upaya penvegahan dan penanggulangan pandemi ini, ternyata kolaborasi menjadi lebih kuat, beragam inovasi serta penelitian terapan lahir dari kampus.
Sehingga perguruan tinggi menjadi lebih produktif, kreatif, inovatif, serta ter akselerasinya transformasi teknologi dengan dunia industri dan dunia kerja (IDUKA). Seperti penggunaan teknologi digital dalam proses pembelajaran, yang menunjukkan berbagai kegiatan akademik lintas perguruan tinggi lebih efektif, efisien dengan pemanfaatan teknologi.
Sehingga tercipta kemampuan dosen dan mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat dan sumber daya alam melalui kegiatan praktikum atau magang. Harapan ini dikemas dalam program “Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Mas Menteri Nadiem Makarim.
Peran Civitas Akademika
Berikut saya mencoba menguraikan peran civitas akademika Polkester dimaksud, meliputi peran mahasiswa, peran dosen, peran Unit IT, dan peran pustakawan, serta didukung oleh sarana prasarana yang memadai.
1. Peran Mahasiswa
Kata Mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi dalam sebuah perguruan tinggi atau universitas yang memiliki peran penting bagi masyarakat. Mahasiswa juga disebut sebagai agent of change dalam kehidupan, serta merupakan garda terdepan perubahahan terhadap isu-isu sosial, global dan kebijakan pemerintah, diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan aspirasi, memberikan pendapat dan pertimbangan solusi untuk memperbaiki kondisi sosial politik dewasa ini. Sebagai generasi penerus bangsa, aksi mahasiswa dalam skala besar ternyata juga efektif untuk memberi pengaruh perubahan politik.
“Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimanakah peran mahasiswa di era teknologi informasi, dimana mahasiswa sebagai generasi yang pertama kali terpapar teknologi”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya mencoba memberikan pandangan melalui pendekatan self filtering, yaitu mahasiswa harus mampu menyaring informasi yang diterimanya lebih dulu secara cerdas dan bijak sebelum melakukan postingnya. Mengapa demikian, bahwa salah satu hal yang harus disadari oleh kita semua adalah generasi milenial sangat melekat dengan penggunaan teknologi internet yang tinggi, terutama penggunaan komunikasi instan berupa media sosial yang akrab dengan generasi milenial, tetapi yakinlah generasi muda itu lebih cerdas, mereka bisa membedakan mana yang baik dan benar, serta mana yang tidak baik atau hoax.
Menghadapi persaingan global di era revolusi industri 4.0, mahasiswa dituntut memiliki standart kompetensi dan skill yang baik sesuai kebutuhan industri dan dunia kerja. Mahasiswa Polkester, nantinya sebagai lulusan melalui uji kompetensi dan memperoleh surat tanda registasi (STR) untuk bisa bekerja dalam mengisi pembangunan di bidang kesehatan.
Mahasiswa Polkester harus berperan aktif dalam banyak hal, berbagai teknologi kesehatan yang selalu hadir setiap saat, tentu dapat memberikan kemudahan dalam interaksi sosial dan berkomunikasi, serta mengadopsi pengetahuan secara real time. virtual reality adalah revolusi alami dari cara orang-orang memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi.
Mahasiswa Polkester harus memiliki pemikiran kritis dan peka terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia dewasa ini, kemudian dengan tekun belajar dan terus belajar untuk mengasah kompetensi yang harus dimilikinya sebagai calon seorang tenaga kesehatan kelak, agar turut berpartisipasi dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Dengan kemampuan secara intelektual, tehnikal/skil dan sikap profesional saja ternyata belum cukup, maka mahasiswa Polkester harus berperan aktif dalam mengaktualisasikan diri pada bidan teknologi informasi pelayanan kesehatan yang semakin canggih pula. Pada masa sekarang saja masyarakat sudah sangat ketergantungan terhadap adanya teknologi, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa dimasa yang akan datang perkembangan teknologi sangat pesat dan menjadi tuntutan masyarakat.
Hari ini, telah menjadi tontotan dan hal biasa bagi kita, bahwa hadirnya teknologi informasi telah berdampak terhadap banyaknya lowongan pekerjaan baru, namun juga banyak para pekerja yang akan kehilangan pekerjaannya karena sebagian bidang pekerjaan akan diambil alih oleh robot, tidak terkecuali pekerjaan di bidang kesehatan.
Hal ini bagi mahasiswa Polkester diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan dan menggali lebih giat lagi pengetahuan dan skill yang nantinya akan berguna bagi nusa dan bangsa. Mahasiswa Polkester harus lebih fokus mengikuti perkembangan era digital.
Mahasiswa harus mampu bersaing secara kompeten, dan harus memberikan dampak positif dengan selalu mencoba dan mencari cara baru untuk mengembangkan teknologi yang sudah ada. Hal ini tentunya harus didukung sepenuhnya oleh para orang tua, karena orang tua berperan penting dalam memfasilitasi anaknya menggunakan sarana teknologi informasi berupa Handphone dan laptop.
2. Peran Dosen
Dosen merupakan tenaga pendidik professional dengan tugas utamanya adalah mentrasformasikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Peran dosen suatu perguruan tinggi umumnya, lebih khusus dosen Polkester dalam menjalani era revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi saat ini.
Ini sangat penting dan sangat menentukan mutu lulusan Polkester yang siap diterima dan bekerja di tatanan layanan kesehatan. Maka dosen Polkester harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (Era sebelum Mas Menteri Nadiem Makarim).
Dalam sebuah pengarahan mengatakan bahwa, untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan mahasiswanya. Dengan demikian, berikut penulis mencoba menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan peran dosen di Polkester.
a. Kemampuan Dosen Beradaptasi dengan Teknologi
Dalam menjalani kehidupan kampus di era revolusi industri 4.0 bahkan 5.0, Dosen Polkester harus mampu beradaptasi terhadap penerapan teknologi informasi dalam pelaksanaan Tri Dharma Pergurusan Tinggi. Dosen Polkester tidak bisa lagi stagnan menggunakan pola lama secara konvensional dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tetapi harus mampu mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi. Untuk mencapai harapan tersebut, perguruan tinggi dalam hal ini Polkester harus memiliki kebijakan strategis untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tenaga dosennya, terutama kapasitas desain sistem pembelajaran berbasis digital, serta desain penelitian dan pengabdian masyarakat yan ditautkan melalui sistem aplikasi internet.
Selain pola pembelajaran harus mampu mengikuti perkembangan teknologi, dosen Polkester juga harus mampu berperan menginspirasi mahasiswa serta menjadi teman bagi mahasiswa, teladan dan berkarakter. Trend Mahasiswa zaman now cenderung menyukai pembelajaran visual yang menarik dan menyenangkan.
Dosen dapat menggunakan video pembelajaran untuk penyampaian materinya, agar mahasiswa semakin tertarik dan antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Artinya dosen Polkester harus mampu berinovasi sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0 dan tuntutan program kompetensi inti seorang dosen.
b. Dosen Menjadi Produsen Pengetahuan
Salah satu pendapat para ahli adalah Borrie Morries, yang menyebutkan ada 4 (empat) pola pembelajaran, umumnya dilakukan di suatu perguruan tinggi;
Pertama: Pola pembelajaran tradisional, yaitu pengajar (guru/dosen) masih menjadi aktor utama dan dianggap paling penting dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada pengajar (Teacher Centered Learning).
Kedua: Pola Pengajar dan alat bantu, pada pembelajaran ini, pengajar sudah memakai alat bantu, namun tetap pengajar masih aktor utama dalam pembelajaran.
Ketiga: Pola pengajar dan Media, pembelajaran ini pengajar sudah menggunakan media untuk mengajar. Sumber ilmu yang diberikan tidak hanya dari dirinya tapi bisa diambil dari sumber-sumber lain, seperti dari televisi, media massa, internet dan lainnya. Di sini pengajar tidak lagi menjadi aktor utama, pembelajaran sudah bergeser paradigmanya dari TCL menjadi Student Centered Learning (SCL), mahasiswa juga aktif untuk mencari sumber ilmu.
Keempat: Pola Pembelajaran Bermedia, pola yang cocok dan relevan di zaman ini. Untuk mengaplikasikan pola pembelajaran Bermedia pengajar (guru dan dosen) harus mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan. Jika tidak, maka pengajar tidak akan mampu menerjemahkan pola pembelajaran bermedia. Di era Digital kekinian, pengajar (guru dan dosen) bisa memanfaatkan segala sumber ilmu untuk belajar. Belajar juga bisa dilakukan tanpa harus tatap muka.
Perlu diperhatikan, bahwa dalam proses pembelajaran, terdapat fungsi adaptifnya, mahasiswa harus disiapkan untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Di era digital ini, mahasiswa sudah memiliki gadget dan mereka sering menggunakannya.
Jika pengajar tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut, maka pembelajaran yang disampaikan kurang diminati. Sebaliknya, jika pengajar mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan dan mahasiswa bisa memanfaatkan melalui gadget maka tentunya pembelajaran tersebut lebih menarik.
Sebagai pendidik marilah kita selalu update ilmu pengetahuan dan keterampilan, saatnya kita menjadi produsen di era digital sehingga generasi muda kita merasa bahwa pengajar juga selalu mau belajar.
3. Peran Teknologi Informasi
Kampus Merdeka Merdeka Belajar, itulah sebuah istilah yang kemudian menjadi program unggulan Mas Menteri Nadiem Makarim dalam pengembangan kurikulum pendidikan saat ini, sekaligus menjadi salah satu kajian menarik kekinian di dunia Pendidikan Era digital. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Semua komponen masyarakat mengharapkan kualitas pendidikan yang baik dan mengikuti perkembangan zaman. Teknologi memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dari sisi pengajaran, hal ini karena Teknologi Informasi digunakan sebagai alat bantu penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Secara faktual bahwa saat ini para instruktur di berbagai belahan dunia telah dan terus menerus mengaplikasikan penggunaan Teknologi Informasi sebagai bagian integral di dunia pendidikan, yang dikemas dalam pengembangan kurikulum sehingga harus dilaksanakan. Alasan utama mengapa Teknologi Informasi digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran karena kemampuannya untuk dapat menyajikan visualisasi dan grafis bahkan menjembatani komunikasi antara komponen pendidikan secara efektif dan efisien baik didalam maupun diluar kelas, tanpa ada batasan ruang dan waktu.
Bagaimana sebuah kompetensi digital ditumbuhkan dalam lingkungan kampus sehingga menjadi sebuah strategi dan langkah-langkah strategis dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran. Pemanfaatan teknologi digital oleh mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dalam proses mendapatkan informasi, menjadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada perguruan tinggi khususnya dalam menghadapi era pendidikan modern, sehingga keluar dari permasalahannya, serta dapat memberikan kontribusi besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dosen memiliki peran yang sangat penting dalam mengadopsi dan mengimplementasikan penggunaan teknologi dan informasi, karena dosen adalah kunci agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, perubahan paradigma pendidikan juga menuntut dosen untuk lebih kreatif dan inovatif menemukan metode, materi dan cara penyajiannya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan meyenangkan.
Sayangnya, masih cukup banyak dosen yang belum optimal memanfaatkan penggunaan Teknologi Informasi dalam proses pembelajaran dan lebih memilih menggunakan metode konvensional seperti hanya berdasarkan buku cetak dan slide presentasi.
Fasilitas e-learning yang berkembang saat ini, dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa. Dosen dapat mengirim bahan perkuliahan, melaksanakan kuis, menyampaikan informasi seputar perkuliahan hingga membuat forum diskusi yang membahas suatu topik diskusi.
Begitu pula halnya dengan mahasiswa, mereka dapat mengunduh bahan perkuliahan yang diberikan dosen, mencari tahu informasi perkuliahan, ikut aktif dalam forum diskusi dan sebagainya. Artinya teknologi digital membuat dunia pendidikan tinggi menjadi semakin produktif. Dengan demikian, jika dosen tidak mengikuti perkembangan Teknologi Informasi yan sangat pesat ini, maka dosen tersebut akan tergerus oleh perkembangan zaman itu sendiri.
4. Peran Pustakawan
Salah satu unit atau bagian terpenting pada suatu perguruan tinggi adalah unit perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan, dimana peran pustakawan sangat dibutuhkan dalam pengembanan layanan perpustakaan berbasis digital. Oleh karena itu kolaborasi antar pustakawan sangat penting dilakukan, agar adanya perubahan peran pustakawan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi.
Menurut Mas Menteri Nadiem Makarim, bahwa di era revolusi industri 4.0, informasi bagaikan mata uang baru, sehingga perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan, serta pustakawan yang berperan dalam membantu sivitas akademika menjadi navigasi dalam lautan informasi menjadi sangat penting.
Kedepan kita akan hadapi beragam perubahan di dunia pendidikan yang salah satunya membutuhkan peran pustakawan sebagai pusat referensi dan sumber informasi, kolaborasi antar perpustakaan pada setiap institusi pendidikan dan instansi pemerintah sangat dibutuhkan dan saling menguatkan sehingga dapat menumbuhkan jaringan antar pustakawan dan jaringan pertukaran informasi.
5. Peran Sarana prasarana
Salah satu aspek yang menunjang terselenggaranya aktivitas perguruan tinggi adalah memadainya sarana prasarana terutama sarana prasarana pembelajaran. Namun di Era digital yang terus berkembang pesat memberikan manfaat banyak bagi kehidupan kampus, antara lain sarana pembelajaran lebih mudah dan akses informasi perkuliahan lebih cepat.
Mahasiswa tidak lagi bergantung sepenuhnya pada dosen sebagai pemberi materi, dan bisa secara aktif mencari sumber atau materi pembelajaran melalui teknologi digital. Mahasiswa menjadi lebih banyak menyerap informasi dan berbagai pengetahuan, sehingga wawasan dan pemahaman terhadap bidang ilmu yang ditekuni semakin lebih baik.
Teknologi digital juga mempermudah proses pembelajaran, dimana penggunaan teknologi jarak jauh audio visual menawarkan beragam kesempatan dan kemudahan bagi dosen maupun mahasiswa untuk menembus batas bagi penggunaan kelas yang lebih luas dan mandiri.
Perguruan tinggi termasuk Polkester giat mengembangkan pembelajaran e-learning, artinya peluang belajar bisa lebih mudah. Namun pada kondisi ini mahasiswa harus jeli dan pandai mengelola informasi tersebut, sehingga pesatnya teknologi informasi menjadi selaras dengan harapan bersama.
Pemanfaatan teknologi informasi dan model pembelajaran di Polkester dibuat lebih dinamis. Tidak lagi sekadar dosen mengajar, sementara mahasiswa hanya sebagai pendengar setia. Sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah melalui teknologi, karena itu, pembelajaran daring mulai popular di Polkester.
Model pembelajaran satu arah berangsur-angsur mulai ditinggalkan, karena model pembelajaran semacam itu tak mendorong mahasiswanya untuk berlaku aktif. Materi perkuliahan sudah diberikan via email, google class room, Wathsapp, dan lainnya, sehingga dosen dalam kelas hanya bersikap sebagai mentor.
Di Polkester, selain pembelajaran jarak jauh (daring), ada diskusi antar grup yang memungkinkan dosen dan mahasiswa saling berkomunikasi secara bertatap muka langsung sehingga ikatan emosional antar dosen dan mahasiswa tetap terjalin. Selain itu, dosen juga bisa memberikan pemahaman materi yang lebih dalam dan komprehensif jika ada mahasiswa yang belum paham benar dengan penyampaian materi secara online.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era digital sekarang ini, Polkester tetap menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi lain dalam pengembangan sumber daya manusia, seperti pelatihan dan seminar terkait pembelajaran berbasis digital, agar kualitas pembelajaran di Polkester semakin lebih baik.
Tags:
Mengenal SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami
Artikel Terkait
-
-
Opini • 23 Feb 2024
Dampak, Peluang, dan Tantangan Kurikulum OBE
-
-