Kontak Kami

Berita

Prof Imas Maesaroh Dorong Digitalisasi Kampus demi Pendidikan Tinggi yang Berdampak

29 Oct 2025

SEVIMA.COM  – Istilah kampus berdampak kini menjadi populer, namun masih belum benar-benar dipahami maknanya secara utuh. Pertanyaan pun mengemuka, sejauh mana perguruan tinggi mampu menghadirkan manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat?

Hal itu disampaikan oleh Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus Senior Product Implementator SEVIMA, Prof. Imas Maesaroh, M.Lib., Ph.D., dalam Rapat Kerja LLDIKTI Wilayah XVII Riau dan Kepulauan Riau, 28 Oktober 2025. Prof Imas menegaskan untuk bisa mewujudkan kampus berdampak, maka perguruan tinggi perlu bertransformasi melalui digitalisasi dan tata kelola berbasis data.

“Kampus berdampak adalah ketika hasil Tri Dharma Perguruan Tinggi mulai dari pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyrakat benar-benar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” kata Prof Imas di depan ratusan rektor di wilayah LLDIKTI XVII, Selasa (28/10/2025) malam.

Ia menilai, selama ini capaian perguruan tinggi kerap berhenti pada laporan administratif dan penilaian internal, tanpa menelusuri sejauh mana hasilnya memberi kontribusi nyata. Menurutnya arah kebijakan pendidikan tinggi kini telah bergerak menuju Outcome-Based Education (OBE), sistem pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir atau outcome dari proses belajar.

“Kita tidak bisa lagi hanya mengajar di depan kelas, sementara mahasiswa duduk diam, mendengar, lalu pulang. Outcome-nya tidak akan berdampak,” tegasnya.

Prof Imas menambahkan pembelajaran di perguruan tinggi harus menjadi arena pelatihan keterampilan dan pembentukan karakter. Mahasiswa harus diasah dalam kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, penguasaan teknologi, serta adaptasi terhadap perubahan global. “Adaptasi itu penting. Dunia tidak hanya di satu tempat. Kita ingin mahasiswa menjadi entrepreneur yang mampu menembus pasar global, tapi tetap berkarakter Indonesia,” ujarnya.

Dosen, lanjutnya, memiliki peran strategis dalam membentuk karakter tersebut. Pembelajaran yang terlalu teoritis hanya akan menghasilkan lulusan yang kuat secara kognitif tapi lemah dalam keterampilan praktis.

“Bagaimana mahasiswa bisa punya skill komunikasi kalau dosennya yang banyak bicara? Bagaimana mereka bisa jadi leader kalau tidak pernah dilatih di kelas?” ucapnya.

Selain pendidikan, dua pilar lain dalam Tri Dharma, yakni penelitian dan pengabdian masyarakat juga harus memiliki orientasi pada dampak. Ia menegaskan bahwa hasil penelitian dan pengabdian harus mendukung peningkatan ekonomi, sosial, budaya, hingga ketahanan nasional.

Outcome dari penelitian harus punya kontribusi teoretis bagi pengembangan ilmu dan kontribusi praktis bagi masyarakat atau lembaga. Dampak Tri Dharma itu yang akhirnya membawa kita menuju akreditasi unggul,” tambahnya.

Namun, untuk mencapai hal tersebut, menurut Prof Imas, dibutuhkan sistem pengelolaan data yang modern dan terintegrasi. Kampus tidak bisa lagi bergantung pada pencatatan manual. “Bagaimana kita tahu mahasiswa berprestasi kalau tidak ada sistem informasi yang mencatat? Bagaimana kita tahu publikasi atau pengabdian berdampak kalau datanya tidak masuk ke dalam sistem?” tanyanya.

Di sinilah digitalisasi memainkan peran sentral. Ia menyebut digitalisasi bukan sekadar alat, melainkan fondasi utama dalam membangun kampus yang berdampak. “Kampus yang berdampak lahir dari manajemen berbasis data dan digitalisasi yang terencana,” ujarnya. Dengan sistem yang terintegrasi antara akademik, keuangan, kepegawaian, SPMI, kerja sama, hingga tracer study, perguruan tinggi dapat membuktikan capaian berbasis outcome secara objektif dan berkelanjutan.

“Akreditasi bukan sekadar penilaian, tapi jaminan mutu berkelanjutan. Kita ingin akreditasi unggul bahkan internasional. Itu hanya bisa dicapai melalui digitalisasi yang kuat,” tegasnya. Ia menambahkan, kini sudah ada 11 Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi yang seluruhnya berorientasi pada capaian berdampak. “Ketika akreditasi dan IKU tercapai, artinya kampus benar-benar berdampak,” ujarnya.

Sebagai Senior Product Implementator SEVIMA, Prof Imas juga memaparkan bagaimana perusahaan teknologi pendidikan tersebut mendukung transformasi digital kampus. “SEVIMA hadir dari hulu ke hilir, mulai dari membantu mencari mahasiswa, menyediakan informasi akademik, hingga mempersiapkan mereka menjadi entrepreneurship ready,” jelasnya.

Dukungan SEVIMA, katanya, mencakup dua aspek: teknis dan non-teknis. Secara teknis, SEVIMA menyediakan aplikasi terpadu untuk mengelola seluruh kebutuhan perguruan tinggi, sedangkan secara non-teknis, mereka mendampingi kampus mencapai akreditasi unggul, menerapkan OBE, hingga menyediakan pelatihan daring maupun luring.

“Sekarang sudah lebih dari 1.200 kampus bermitra dengan SEVIMA. Di Riau, Universitas Hang Tuah dan Universitas Lancang Kuning sudah bekerja sama,” ujarnya.

Menutup sesinya, Prof Imas menyampaikan pesan yang menjadi benang merah seluruh paparannya. “Digitalisasi bukan alat, tapi jembatan menuju keunggulan dan kemanfaatan,” katanya.

Diposting Oleh:

Erna SEVIMA

Tags:

digitalisasi kampus kampus berdampak

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

Video Terbaru

🔴LIVE - Webinar Nasional: Strategi Sukses Menulis Artikel SCOPUS Pertama dan Mendapatkan ID Scopus