Hari ini - Event Premium Webinar: Navigasi Risiko Keuangan untuk Keberlanjutan Perguruan Tinggi Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Opini • 12 Sep 2022

Transformasi Digital Mendukung MBKM

Fadhol SEVIMA

Penulis: Mudir Johan, S.Sos., M.Si
Kampus: Universitas Terbuka (UT)

Tuntutan kebutuhan masyarakat di bidang Pendidikan dan perkembangan teknologi  menuntut perguruan tinggi untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan  media digital. Terlebih saat pandemi Covid-19 seperti tahun 2019-2021 yang lalu  mengharuskan perguruan tinggi beradaptasi di segala lini kegiatannya.

Namun sering  terjadi kegagapan dalam hal ini sehingga pemanfaatan teknologi informasi dipandang  hanya sebagai tren. Misalnya, kadang perguruan tinggi terjebak membangun website  seadanya atau menyediakan Wi-Fi gratis untuk mahasiswa tanpa menyediakan konten  khusus yang relevan dengan pembelajaran. 

Pengadaan sarana dan prasarana teknologi informasi bukan sekadar prestise atau standar  minimal yang memang harus ada tanpa mempertimbangkan tujuannya. Idealnya,  perguruan tinggi benar-benar memahami problematika pendidikan saat ini dan  menghadirkan teknologi informasi sebagai solusi sehingga dapat melakukan transformasi  digital. 

Transformasi Sarana dan Mindset 

Transformasi digital dalam lingkup pendidikan tinggi bukan hanya berarti membangun  infrastruktur digital. Namun lebih dari itu, transformasi digital adalah pembangunan  sarana dan pengubahan mindset yang ditujukan untuk memenuhi berkembangnya  kebutuhan mahasiswa serta sivitas akademik lainnya dalam membangun lingkungan  pembelajaran yang saling terhubung. 

Ini dilakukan dengan menggabungkan teknologi, layanan, dan sistem keamanan, yang  dapat menciptakan pengalaman belajar kolaboratif, interaktif, dan dipersonalisasi.  Transformasi digital adalah proses berkelanjutan yang mengedepankan inovasi dalam  mengembangkan lingkungan pembelajaran tersebut. 

Teknologi informasi dan media digital di masyarakat telah memberi berbagai  manfaat, seperti: 

Meningkatkan kenyamanan dalam suatu aktivitas 

Mengurangi ketergantungan dan kendala terkait lokasi 

Meningkatkan ketersediaan informasi 

Memungkinkan komunikasi instan jarak jauh 

Mempercepat waktu pemrosesan suatu aktivitas 

Manfaat-manfaat di atas baru memiliki nilai jika dibawa dalam satu arahan. Jika berbicara  tentang transformasi digital untuk perguruan tinggi, arahan yang diperlukan adalah 

tujuan pendidikan tinggi saat ini. Jika hal tersebut telah jelas, barulah teknologi informasi  dimasukkan ke dalam mindset atau paradigma pendidikan. 

Tanpa arahan yang jelas, penggunaan teknologi tidak akan optimal. Benturan dengan  sistem atau prosedur akademik atau administrasi yang ada tidak bisa dihindari. Hasilnya  potensi teknologi tidak bisa dikeluarkan sesuai harapan. Pengguna, dalam hal ini sivitas  akademik perguruan tinggi, menjadi antipati dengan inovasi teknologi yang diterapkan.  Mereka akan lebih memilih metode konvensional karena teknologi dianggap ‘mubazir’  dan ‘gagal’ memenuhi kebutuhan. 

Contohnya, perguruan tinggi membuat website e-learning untuk mahasiswa dan konten kontennya telah disediakan sesuai kurikulum. Jika dosen tidak berpedoman pada materi  di dalam e-learning tersebut dan tetap memberikan tugas, materi ajar, atau ujian hanya  bersumber pada buku referensi yang telah digunakan sejak lama, maka mahasiswa tidak  merasa perlu untuk mengakses e-learning. 

Dalam kasus lain, pegawai tata usaha kampus diberikan software sistem administrasi  kampus. Jika sistem birokrasi tidak disesuaikan dengan penggunaan software tersebut,  misalkan selalu mengharuskan tanda tangan fisik untuk pengesahan dokumen, maka  manfaat pengurangan lama proses birokrasi dan penghematan penggunaan kertas akan  kurang terasa. 

Karenanya, permasalahan yang ingin diselesaikan dengan teknologi informasi perlu  dipahami terlebih dulu. Dengan kata lain, kita perlu memahami tantangan pendidikan  tinggi saat ini dan membangun mindset yang tepat untuk menghadapi tantangan  tersebut melalui pemanfaatan teknologi. 

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) 

Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang diluncurkan oleh Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi  sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin  dengan semangat kebangsaan yang tinggi. 

Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka sesuai Peraturan Mendikbud No. 3 Tahun  2020, memberikan hak kepada mahasiswa untuk 3 semester belajar di luar program  studinya. Melalui program ini, terbuka kesempatan luas bagi mahasiswa untuk  memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai  dengan passion dan cita-citanya.

Kita meyakini, pembelajaran dapat terjadi di manapun,  semesta belajar tak berbatas, tidak hanya di ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium,  tetapi juga bisa di desa, industri, tempat-tempat kerja, tempat-tempat pengabdian, pusat  riset, maupun di masyarakat. Bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat diambil oleh  mahasiswa berupa: kegiatan magang di Industri, mahasiswa membangun desa, mengajar  di sekolah, pertukaran mahasiswa, penelitian di lembaga riset, pengembangan  kewirausahaan, proyek mandiri, dan proyek kemanusiaan.

Tuntutan Pendidikan 4.0 

Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan industri digital, teknologi  kecerdasan buatan, dan big data, mengakibatkan perubahan lanskap lapangan kerja.  Perubahan yang cepat ini mengakibatkan ilmu yang didapat dari perguruan tinggi kadang  menjadi tidak relevan dengan kebutuhan industri. Perguruan tinggi saat ini menghadapi  tantangan yang unik untuk mempersiapkan sumber daya manusia masa depan yang  belum pasti. 

Seperti yang dikatakan oleh Richard Riley, Menteri Pendidikan Amerika Serikat pada era  Bill Clinton, bahwa kita akan menyiapkan mahasiswa untuk menghadapi bidang kerja  yang belum tercipta, dengan menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk  merumuskan solusi dari masalah yang belum diketahui. 

Dunia pendidikan perlu bertransformasi menuju Pendidikan 4.0. Dalam Pendidikan 4.0,  transfer pengetahuan tidak menjadi prioritas. Proses pendidikan lebih bertujuan untuk  menumbuhkan sense of curiosity yang akan mendorong mereka terus belajar  mengembangkan pengetahuan serta keterampilan. 

Soft skill menjadi lebih relevan. The Economist memaparkan bahwa terdapat 10 soft skill  utama yang dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Namun ada 4 yang dapat  diprioritaskan sebagai output dalam Pendidikan 4.0 yaitu: kolaborasi, komunikasi,  berpikir kritis, dan kreatif. 

Dengan demikian, transformasi digital perlu difokuskan untuk mengakomodir  transformasi pendidikan ini. Tools dan aplikasi digital tidak diletakkan begitu saja di atas 

sistem pendidikan tradisional, tapi dipergunakan untuk membantu membangun  pendekatan pendidikan baru. 

Blended Learning dan Flipped Classroom 

Salah satu kesalahan dalam melakukan transformasi digital di bidang pendidikan adalah  tidak menerapkan blended learning. Blended learning ini adalah pendekatan pendidikan  yang menggabungkan pembelajaran online dengan pembelajaran tradisional. Jadi tidak  hanya mengandalkan materi yang tersedia secara digital dan teknologi komunikasi jarak  jauh, blended learning juga menekankan pentingnya bimbingan dosen di ruang kelas. 

Salah satu metode blended learning yang banyak dikenal adalah flipped classroom. Jika  pada metode pembelajaran tradisional dosen mengajarkan materi di kelas dan mahasiswa  mengerjakan tugas di rumah, maka pada flipped classroom, urutan pembelajaran ini  dibalik. Mahasiswa mempelajari materi baru secara mandiri dan mengerjakan tugas di  kelas dengan bimbingan dosen. 

Peran teknologi dalam pendekatan ini memungkinkan mahasiswa untuk memiliki  kendali atas kecepatan, waktu, dan tempat belajar. Contohnya, jika terdapat materi 

online berupa video, mahasiswa dapat melakukan pause atau rewind, sehingga materi  dapat dicerna sesuai dengan kemampuannya. Mahasiswa yang dituntut untuk membuat  pertanyaan mengenai materi tersebut juga akan lebih terbantu untuk mengembangkan  sikap kritis. 

Karena penyampaian materi sudah dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri, maka kelas  menjadi ruang diskusi agar mahasiswa dapat menanyakan bagian dari materi yang sulit  mereka pahami. Dosen menjadi pembimbing mahasiswa secara personal sesuai dengan  kemampuan masing-masing mahasiswa. Tugas dapat dikerjakan secara berkelompok di  dalam kelas sehingga mahasiswa terkondisikan untuk belajar berkolaborasi dan  berkomunikasi. 

Terdapat pula metode project based learning yang mengemas keseluruhan materi dan  tugas dalam proyek kelompok berdasarkan skenario ril di masyarakat. Metode ini dapat  dibantu penyampaiannya lewat perangkat lunak, misalnya untuk memberikan penjelasan  skenario secara interaktif atau sebagai platform pengumpulan tugas. Tujuannya adalah  melatih problem solving mahasiswa secara kreatif. 

Salah satu contoh pelatihan untuk mendukung Transformasi Digital dalam proses  Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah pelatihan yang di fokuskan secara  online dengan diakui SKS nya.

Tahapan Menuju Sistem Terintegrasi 

Pendidikan 4.0 dengan penerapan teknologi informasi dalam proses pembelajaran  mungkin masih terlalu jauh bagi banyak perguruan tinggi. Namun hal tersebut perlu  dijadikan sebagai gambaran ideal penggunaan teknologi dalam pendidikan dan suatu saat  kita perlu mencapainya. Pendidikan 4.0 menjadi tujuan dari strategi besar yang perlu 

dibuat sebelum melakukan transformasi digital. Hal-hal lain seperti sistem informasi  perguruan tinggi dan infrastruktur dikembangkan sebagai pendukung dari sistem  pendidikan yang dituju tersebut. 

Kunci transformasi digital ada pada kepemimpinan dalam perguruan tinggi yang  memiliki visi serta strategi. Untuk membantu mengembangkan strategi transformasi  digital di perguruan tinggi, tahapan-tahapan berikut ini dapat diikuti: 

  1. Hubungkan setiap elemen perguruan tinggi untuk mendukung perkembangan teknologi digital. Buat kerjasama strategis dan bangun ekosistem yang menghubungkan sivitas akademik, proses-proses, dan perangkat infrastruktur untuk mengembangkan  jaringan komunikasi yang mumpuni, ber performa tinggi, dan aman. 
  2. Implementasikan perangkat analitik untuk melakukan otomasi dan mengawasi penggunaan sumber daya, baik infrastruktur maupun keuangan. Gunakan data nyata yang real-time untuk membuat inisiatif strategis yang dapat meningkatkan performa,  menyediakan upgrade sistem, dan membuat keputusan terkait infrastruktur. 
  3. Kembangkan secara bertahap model-model bisnis baru dalam perguruan tinggi selain menyediakan perkuliahan. Model bisnis freemium dan layanan-layanan on demand lebih terjangkau, lebih fleksibel, dan lebih mudah dikelola daripada model bisnis tradisional. Model bisnis baru ini juga bisa jadi pendukung untuk model bisnis utama  dalam perguruan tinggi. 
  4. Satukan semua layanan dalam satu platform yang sederhana. Baik platform custom yang dibangun secara lokal di lingkungan kampus maupun platform pihak ketiga yang disediakan lewat layanan cloud computing, tujuan utama dari strategi transformasi  digital ini adalah untuk menyediakan platform tunggal sebagai fondasi dari infrastruktur  jaringan dan komunikasi. 

Transformasi digital adalah proses panjang yang memerlukan perencanaan matang serta  visi kepemimpinan yang memahami kebutuhan dunia yang berubah dengan cepat.  Perguruan tinggi sebagai institusi keilmuan diharapkan dapat berada di garda terdepan  dalam transformasi ini untuk mendorong transformasi digital di berbagai bidang di  masyarakat khususnya program MBKM.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×