3 Hari Lagi - Sebelum Event SEVIMA Executive Training – Sukses Menyusun & Menerapkan Kurikulum Pendidikan Tinggi Berorientasi Outcome Based Education (OBE), untuk Wujudkan Institusi & Prodi yang Unggul dan Berkelas Dunia! Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 04 Nov 2020

Tantangan Akademisi ITB Beradaptasi dengan E-Learning sebagai Sistem Pembelajaran Utama

Penulis: Aqilah Nurul Khaerani Latif
Staf Peneliti Pusat Perencanaan dan Pengembangan ITB

Artikel ini Masuk dalam 15 Besar “Kompetisi Menulis SEVIMA #revolutionizeEducation” 

Kilas balik di awal kemunculan pandemi Covid di Indonesia. Lock down bagi dunia pendidikan menjadi kebijakan yang mutlak, bahkan sampai hari ini, dimana kita telah melalui kurang lebih 8 bulan pasca covid di Indonesia. Bagaimana kita harus beradaptasi? Melalui E-learning. Apakah efektif? Ini menjadi tantangan para akademisi di dunia.

e-learning yang dilakukan sebelum wabah covid 19. Salah satu dosen ITB yang berada di Canada dan mahasiswa di ruang multimedia SAPPK ITB melakuka proses pembelajaran menggunakan e-learning ITB

E-learning di sejumlah universitas bergengsi Indonesia bukanlah hal yang baru. Fasilitas tersebut telah ada beberapa tahun sebelum wabah covid 19 menyebar ke Indonesia. Dimulai perubahan paradigma pada tahun 2010 dimana staf pengajar bukan lagi sebagai sumber pengetahuan melainkan menjadi fasilitator. Hal ini didasari pada peningkatan kualitas pendidikan dengan mendorong peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran. E-learning menjadi salah satu tools yang digunakan. Hal serupa terjadi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak tahun 2016, ITB meluncurkan management learning system (LMS) untuk menunjang proses pembelajaran melalui daring. E-learning ITB mengacu pada platform berbasis model dengan menerapkan konstruktivism pedagogi yang mana pembelajaran melalui e-learning bertujuan untuk membangun keaktifan dan daya kritis peserta didik. Akan tetapi, sampai Februari 2020, e-learning dinilai belum efektif dikarena masih sebagai tools alternatif. Penggunanya masih berkisar ribuan orang.

Wabah Covid 19 di pertengahan Maret 2020 memaksa proses pembelajaran 100% melalui e-learning. Bagi ITB, kondisi ini menjadi peluang untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas e-learning yang awalnya hanya menampung ribuan pengguna, sekarang menjadi jutaan pengguna. Tidak dipungkiri, terkadang perubahan besar membutuhkan kondisi yang memaksa seperti halnya Edunex (LMS yang dikembangkan ITB). Pengembangkan LMS baru ini dibuat agar lebih mudah digunakan dan dapat melayani jutaan pengguna. Edunex baru digunakan secara serentak sejak Mei 2020 oleh ratusan dosen pionir yang mengikuti program “Pemutakhiran Bahan Kuliah ITB” dan ribuan mahasiswa peserta kuliah dan ujian. LMS ini juga dilengkapi video tutorial agar mudah diaplikasikan ke pengguna akun.

Contoh fitur merancang proses pembelajaran di E-Learning ITB

Dulunya, e-learning diposisikan sebagai ruang kelas alternatif. Ini menjadi solusi para akademisi yang sedang berada di luar negeri sehingga telekonferensi menjadi akrab digunakan. Namun, pembelajaran beralih ke e-learning seiring penyebaran covid 19 yang meluas.

Saat ini, e-learning bukan saja sebagai penganti ruang kelas, juga sebagai pengganti sistem pembelajaran utama. Fitur – fitur e-learning mulai dikembangkan untuk mengelola kelas secara menyeluruh seperti pembuatan video ajar, pengunggahan materi pembelajaran dan silabus, pengunggahan materi tugas (individu dan kelompok), kuis, dan ujian, pengisian nilai mahasiswa, serta penjadwalan tata muka perkuliahan berbasis virtual. Secara umum, terdapat 7 (tujuh) keunggulan LMS Edunex ITB yaitu 1. Expandability, sehingga dapat mengakomodasi fitur-fitur baru yang spesifik untuk keperluan program-program studi tertentu yang sedang disiapkan. 2. Compatibility, dimulai dengan kemudahan salin-tempel rumus Microsoft Equation dan embed video YouTube. 3. Interactivity, yaitu adanya alat komunikasi antara dosen dan para mahasiswanya, baik yang synchronous vicon maupun yang asynchronous forum. 4. Seamless integration, yaitu integrasi data kelas, dosen, mahasiswa, serta fitur single sign on (SSO) dengan sistem manajemen administrasi kampus. 5. Payment integration, yaitu bahwa LMS baru ini memiliki fitur interkoneksi dengan alat pembayaran daring nasional. 6. Moodle data import, dan 7. Domestic cloud server, yaitu lokasi pusat data yang berada di wilayah NKRI.

Bagaimana Akademisi Menghadapi Tantangan Pembelajaran Berbasis E-Learning?

Kondisi pandemi covid 19 memberi arti “ruang” yang lebih luas. Dimensi ruang tidak lagi terbatas pada bangunan, melainkan pada interaksi. Dimensi ruang yang berbeda membuat dosen, staf akademisi, dan mahasiswa harus beradaptasi. Tidak mudah membiasakan diri bertatap muka pada layar beradiasi disepanjang waktu. Meskipun sistem telah merancang sedemikian rupa agar perkuliahan berjalan seperti biasanya, namun sedikitnya terdapat 3 (tiga) tantangan besar yang umumnya terjadi dalam proses pembelajaran berbasis e-learning ini.

  1. Tantangan yang pertama muncul adalah bagaimana menghidupkan kelas ditengah keterbatasan ruang. Bagaimana para dosen dapat memastikan bahwa materi yang dijelaskan dapat disimak dan dimengerti oleh peserta didik. Hal ini menjadi sulit dikarenakan baik dosen maupun peserta didik hanya fokus pada layar yang ditayangkan, sehingga dosen tidak mampu mengamati respon peserta didik begitu juga sebaliknya. Solusi yang saya usulkan adalah memberikan tugas resume materi yang akan dibahas sebelum memulai materi. Kemudian memilih secara acak peserta didik untuk memberikan pertanyaan dan menanggapi. Ini cukup memaksa peserta didik tetap fokus dalam menyimak materi dan memancing adanya diskusi.
  2. Tantangan kedua adalah jaringan yang tidak stabil. Hal ini menjadi keluhan di awal – awal e-learning mulai intensif dilakukan. Dalam menyikapi permasalahan tersebut, ITB telah memberikan kuota gratis pada sejumlah staf pengajar dan mahasiswa agar proses pembelajaran melalui e-learning dilakukan secara optimal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada bulan Agustus pun telah memberikan dukungan berupa kuota gratis 50 GB kepada jajaran pendidik dan peserta didik tiap bulannya. Bahkan beberapa operator seluler turut memberikan paket kuota murah dalam mengakses beberapa fitur – fitur pendidikan dan telekonferensi.
  3. Tantangan ketiga adalah keterbatasan e-learning itu sendiri. Meskipun Edunex ITB telah mengupayakan sejumlah fitur – fitur penunjang proses pembelajaran e-learning, akan tetapi tidak semua materi yang diajarkan cukup dijelaskan secara lisan atau melalui video ajar. Apalagi subjek ilmu tersebut berasal dari rumpun ilmu sains yang butuh uji coba dan praktik secara langsung. Keterbatasan ini juga dipahami rektor selaku pimpinan ITB, sehingga memberikan kebijakan dosen, staf akademik, dan mahasiswa dibolehkan melakukan aktivitas di area kampus dan menggunakan fasilitas kampus sesuai ketentuan yang berlaku.

Contoh fitur merancang proses pembelajaran di E-Learning ITB

Sejatinya, pendidikan adalah sesuatu hal yang vital dan terus diperjuangan sebagaimana mencerdaskan anak bangsa adalah amanat negara. Hal ini mendorong para dosen dan akademisi bersikap adaptif dalam segala perubahan, termasuk merancang sistem pembelajaran baik tatap muka langsung maupun virtual. Sekian.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×