3 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar Executive Forum: Strategi Sukses Memimpin Kampus dan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi di Jawa Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 17 Jun 2021

Apa Itu Flipped Classroom? Begini Tips Sukses Penerapannya

Fadhol SEVIMA

SEVIMA.COM – Mengenal Flipped Classroom. Pandemi belum usai, masih berkepanjangan dan sangat dirasakan oleh dunia pendidikan. Tentu saja hal ini membuat Instansi sekolah maupun perguruan tinggi berpikir keras apa yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.

Kemendikbud sebenarnya telah memberikan arahan kepada perguruan tinggi agar memanfaatkan model pembelajaran blended learning, yaitu metode belajar dimana proses belajar tatap kelas berpadu dengan proses daring. Blended learning sendiri memiliki beberapa pendekatan salah satunya adalah flipped learning atau flipped classroom (pembelajaran terbalik). 

Bagi sebagian dosen pasti sudah tidak asing dengan istilah flipped classroom, namun ada juga yang belum familiar. Untuk itu, mari kiat ulas lebih detail terkait pengenalan model flipped classroom dan cara implementasinya.

Baca juga: Tips & Kunci Sukses Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning

Apa Itu Flipped Classroom?

Menurut Uwes Chaeruman, flipped classroom (pembelajaran terbalik) adalah model pembelajaran di mana mahasiswa sebelum perkuliahan di kelas mempelajari materi lebih dahulu di rumah sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dosen. 

Uwes Chaeruman dalam video yang diunggah di youtube dengan judul “Tips implementasi flipped learning” juga menjelaskan terkait penerapan flipped learning ini harus dilihat dari sudut pandang ruang dan waktu, yaitu dibagi menjadi dua situasi pembelajaran; pembelajaran sinkron dan asinkron, jadi pembelajaran itu ada yang terikat waktu dan tidak terikat waktu.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Flipped Classroom adalah bentuk pembelajaran blended (melalui interaksi tatap muka dan virtual/online) yang menggabungkan pembelajaran sinkron (synchronous) dengan pembelajaran mandiri yang asinkron (asynchronous).

Baca juga: 5 Tips Cerdas Jalankan Blended Learning Secara Optimal

4 Kuadran Pola Pembelajaran Daring

Uwes mengenalkan pola pembelajaran ini menjadi empat kuadran. Adapun aktivitas pembelajaran tersebut antara lain tatap ruang belajar tatap muka (live-synchronous learning), ruang belajar tatap maya (virtual synchronous learning), ruang belajar mandiri (self-directed Asynchronous Learning), dan ruang belajar kolaboratif (collaborative asynchronous learning).

1. Ruang belajar tatap muka (live-synchronous learning

Pada ruang belajar ini merupakan proses pembelajaran yang terjadi secara bersamaan, atau biasa dibilang sebagai pembelajaran tatap muka. Seluruh kegiatan belajar mengajar diadakan dalam satu ruang yang sama. Namun, saat ini kegiatan belajar ini belum bisa diadakan. 

2. Ruang belajar tatap maya (virtual synchronous learning)

Ruang belajar tatap maya, merupakan pembelajaran yang dilakukan dalam waktu bersamaan namun berada dalam ruang yang berbeda. 

3. Ruang belajar mandiri (self-directed Asynchronous Learning)

Sedangkan pembelajaran mandiri atau biasa dikenal dengan self-directed Asynchronous Learning merupakan belajar mandiri yang bisa dilakukan oleh mahasiswa di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajar masing-masing. 

4. Ruang belajar kolaboratif (collaborative asynchronous learning)

Sedangkan ruang belajar 4 merupakan proses dan kegiatan belajar mengajar yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Yang mana bisa didapat dari narasumber lain. 

Baca juga: LMS yang Cocok untuk Blended Learning di Perguruan Tinggi

Perbedaan Pembelajaran Sinkron dan Asinkron

Pembelajaran sinkron biasanya terjadi secara real time di kelas. Peserta didik berinteraksi dengan seorang pengajar dan teman sekelas serta menerima umpan balik pada saat yang sama. 

Sedangkan, pembelajaran asinkron adalah pembelajaran yang sifatnya lebih mandiri. Konten biasanya diakses melalui beberapa bentuk media pada platform digital. Peserta didik dapat memilih kapan mereka belajar dan juga mereka dapat mengajukan pertanyaan di kolom komentar, serta berbagi ide atau pemahaman mereka tentang sebuah materi dengan pengajar atau teman sekelas. Sedangkan, umpan balik akan diterima mereka tidak pada saat yang sama.

Video adalah media yang sering digunakan sebagai input untuk belajar mandiri karena dapat diakses dan memungkinkan mahasiswa untuk berhenti dan menonton kembali konten sesuai kebutuhan. Teks dan audio juga dapat digunakan sebagai konten untuk menyampaikan materi dan memastikan mahasiswa sepenuhnya siap untuk kelas sinkron. Berikut adalah gambaran konsep pelaksanaan flipped classroom.

Flipped Classroom Dalam Masa Covid-19

Uwes Chaeruman juga memberikan gambaran pelaksanaan Flipped Classroom pada saat masa covid-19 artinya pembelajaran secara real time dikelas dibatasi atau tidak diperbolehkan.

Dalam hal ini pak Uwes juga memberi contoh flipped Classroom dalam Masa Covid-19, jadi dalam implementasinya pembelajaran sinkron dibagi menjadi dua: Sinkron Langsung dan Sinkron Maya, sedangkan Asinkron juga dibagi menjadi dua yaitu Asinkron Mandiri dan Asinkron kolaboratif.

Baca juga: Cara Optimalkan Blended Learning Untuk Pembelajaran di Era New Normal

Tips Implementasi Flipped Learning

Dalam melakukan pembelajaran secara flipped learning ini, bisa dilakukan dengan implementasi berikut ini. Menurut Uwes, ketika melakukan pembelajaran secara flipped learning, jangan pernah paksa dosen untuk menggunakan 1 platform pembelajaran tertentu. Tapi, dosen bisa menggunakan platform secara hi tech dan low tech. 

Jika sudah melalui beberapa pembelajaran tersebut, pasca COVID 19 diharapkan perguruan tinggi sudah bisa menggunakan teknologi yang terpadu. Mulai dari laporan, hingga absen yang ada.

Agar bisa terlaksana dengan baik, kegiatan pembelajaran flipped learning bisa dilakukan menjadi beberapa hal, antara lain: 

1. Content Curator

Content curator adalah search, find, and curate; cari, temukan pilih. Anda bisa memanfaatkan search engine (google) untuk mencari, menemukan dan memilih konten digital yang relevan (link, teks, slide presentasi, video, simulasi, dll).

2. DIY Konten 

DIY Konten adalah berarti membuat konten pembelajaran sendiri. Kita bisa menggunakan authoring tools untuk membuat konten sendiri seperti podcast, talking head, audio presentasi, slide, diktat, dll.

Sampai tahap kedua ini, kita sudah memiliki queen, (bahan ajar digital, boleh dari kurasi atau membuat sendiri). Untuk kedepan, perguruan tinggi seharusnya sudah bisa mengembagkan sendiri konten-konten yang edvans, memerlukan ahli untuk membuatnya dengan mengembangkan production house.

3. Deliver Content

Setelah kita mempunyai konten, proses seharusnya adalah menyampaikan nya kepada para mahasiswa. Bagaimana cara menyampaikan konten. Dalam masa covid-19 penyampaian konten menggunakan Learning Management System (LMS) tertentu, seperti SEVIMA EdLink, Google classroom atau moodle.

4. Asuh Aktifitas

Melakukan aktivitas pembelajaran dengan memberikan pengarahan kepada mahasiswa. Sehingga, meskipun kegiatan dilakukan secara daring, pengajar masih bisa mengontrol pembelajaran tersebut. 

5. Tatap Maya

Melakukan pembelajaran secara tatap maya  merupakan bentuk lain untuk meneruskan pembelajaran yang dulunya dilakukan secara tatap muka. Dalam melakukan kegiatan ini, dosen bisa melakukannya melalui web conference dan penyampaian materi dengan online. 

6. Tatap Muka

Pembelajaran yang dilakukan tatap selama masa pandemi ini hanya dilakukan dengan demonstrasi, praktikum, dan kegiatan penting lainnya. Sehingga, kegiatan tatap muka ini akan sangat efektif bila dilakukan tanpa harus melakukan penyampaian materi. 

Baca juga: 12 Jenis Blended Learning dan Contoh Penerapannya

Contoh Implementasi Flipped Classroom dengan SEVIMA EdLink

Ada pun persiapan yang harus dilakukan dosen dan mahasiswa sebelum proses pembelajaran adalah:

Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan sama seperti kegiatan pendahuluan pada model pembelajaran lainnya. Mulai dari salam, mengecek kehadiran, menanyakan materi sebelumnya, mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik, menyampaikan cakupan materi, menyampaikan tujuan dan manfaat materi, dan menyampaikan rencana kegiatan serta penilaian yang akan dilaksanakan.

Langkah-langkah Flipped Classroom

1. Dosen membagikan materi perkuliahan dan tugas

Dosen bisa membagikan materi perkuliahan dan tuga melalui SEVIMA EdLink dengan menggunakan fitur “Materi” dan “Tugas” untuk dipelajari mahasiswa di rumah. Materi bisa berupa video maupun e-book.

2. Dosen Mendampingi Mahasiswa untuk melakukan diskusi

Dosen bisa melakukan diskusi terpandu sebagai bentuk pendampingan dengan menggunakan fitur “Diskusi Kelas” di EdLink.

Dosen bisa memulai kegiatan tanya-jawab untuk memastikan bahwa mahasiswa mengerti apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Dosen memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa

Dosen bisa memanfaatkan fitur “Quiz” untuk mengukur pemahaman. Dan mahasiswa bisa mengunggah hasil belajarnya di fitur “Tugas” dan dosen melakukan koreksi hasil pembelajaran mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa dari rumah.

4. Lalu, dosen memberikan penguatan atas materi yang diberikan secara tatap muka

Saat mahasiswa mendapat giliran untuk belajar secara tatap muka di kampus (dengan kapasitas setengah dari jumlah total mahasiswa di kelas tersebut).

Baca juga: Apa Peran LMS pada Model Blended Learning di Perguruan Tinggi?

Apakah Metode Flipped Classroom Lebih Baik?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika dan juga beberapa kampus di Indonesia yang sudah mempraktikkan flipped classroom, hasilnya sangat menggembirakan dan kualitasnya lebih baik. 

Mahasiswa yang mempraktikkan metode ini motivasi belajarnya sangat tinggi, kreativitasnya meningkat, tanggungjawab meningkat, mahasiswa lebih aktif dalam perkuliah di kelas, dan nilai akademiknya lebih baik jika dibandingkan cara belajar tradisional. Begitu juga para dosen juga merasa punya waktu lebih untuk berinteraksi dengan mahasiswa. 

Dengan model flipped classroom, tujuan kita untuk membekali kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), kemampuan berkomunikasi (communication skills), dan berpikir kreatif dan inovatif (creative/innovative) dapat kita laksanakan dengan baik. Dosen tidak mendominasi waktu di kelas. Interaksi dosen dan mahasiswa semakin baik dan semakin menyenangkan.

Semoga flipped classroom bisa menjadi salah satu alternatif model pembelajaran saat pandemi Covid-19 masih menghantui kita semua. Bagaimana siap menerapkan flipped classroom dengan Apliksi SEVIMA EdLink?

Penjelasan Lengka Model Pembelajaran Campuran dengan metode Flipped Classrom:

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×