Dunia Kampus • 11 Dec 2024
Dunia Kampus • 11 Dec 2024
Cara Agar ChatGPT Memberikan Jawaban yang Akurat Menurut Pakar AI
Liza SEVIMA
SEVIMA.COM – Pernahkah Anda meminta bantuan ChatGPT atau berbagai aplikasi Generative AI, tetapi hasilnya tidak relevan? Atau bahkan terkesan halusinasi dan memberi jawaban asal bahkan fiktif? Ini menjadi tantangan yang sering dihadapi pengguna generative AI. Misalnya, jawaban yang terlihat sesuai tapi ternyata keliru, tidak kredibel, atau bahkan plagiat.
Meskipun teknologi kecerdasan buatan ini mampu mempercepat pekerjaan, hasil dari AI tetap memerlukan validasi. Hal ini disampaikan oleh Bagus Jati Santoso, PhD, Pakar AI dari SEVIMA sekaligus Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Dalam keterangan pers SEVIMA, Pakar AI lulusan National Taiwan University of Science and Technology itu menyoroti pentingnya etika dalam menggunakan Generative AI. Ia mengingatkan bahwa generative AI hanyalah sebuah alat, yang walaupun dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, pengguna tetap harus bertanggung jawab atas akurasi dan relevansi hasilnya.
“Pengguna harus mengkirtisi apapun luarannya generative AI. Barulah ketika kita berhasil mengkritisi Generative AI, manfaatnya akan luar biasa, baik untuk membuat bahan ajar atau menyusun silabus bagi para dosen, mendukung proses penelitian para mahasiswa dan pelajar, dan banyak manfaat lainnya,” kata Bagus keterangan pers SEVIMA, Senin (2/12/2024).
Baca juga: Mengadopsi Artificial Intelligence (AI) untuk Masa Depan Pendidikan Tinggi
Tips Agar ChatGPT Memberikan Jawaban yang Akurat
Berikut tiga cara jitu dalam penggunaan generative AI, menurut Pakar SEVIMA Bagus Jati Santoso PhD:
1. Bangun Literasi AI
Generative AI bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran di sebuah perguruan tinggi. Namun mereka harus memiliki kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan berinteraksi secara efektif dengan teknologi kecerdasan buatan.
Hal ini, disebut Bagus Jati sebagai “Literasi AI”. Dengan memiliki literasi, maka dosen dan mahasiswa dapat memahami bahwa hasil jawaban dari AI tidaklah sempurna. Sekaligus, bukan sebuah jawaban yang pasti benar dan dapat begitu saja di copy paste.
“Literasi AI tidak hanya tentang memahami cara kerja teknologi, tetapi juga kemampuan untuk menilai kualitas informasi yang dihasilkan, termasuk melihat adanya kesalahan. Dengan memahami literasi AI, maka dosen dan mahasiswa dapat dengan bijak menempatkan AI sebagai alat pendukung, bukannya justru menggantikan otak manusia,” katanya.
2. Terus Asah Critical Thinking
Tak sedikit kasus halusinasi dan jawaban asal dari Generative AI berujung musibah. Salah satu contoh yang paling viral, di Kanada, ada pengacara yang tertangkap basah menyertakan kasus-kasus fiktif di pengadilan hanya karena menulis gugatan hukumnya menggunakan Generative AI dan tidak mengeceknya.
Andaikan kemampuan Critical Thinking (berpikir kritis) para dosen, mahasiswa, dan pengguna AI terus diasah dan dikembangkan, Bagus Jati memandang tantangan halusinasi ini dapat ditangani. Terlebih lagi jika pengguna AI dapat mengevaluasi hasil AI secara kritis, mengidentifikasi relevansinya, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid.
“Generative AI ini hanya sebagai alat bantu, tetapi semua pihak harus memverifikasi, memvalidasi, dan memfinalisasi. Jadi tidak serta merta digunakan, masih banyak proses yang dilalui,” ujarnya.
3. Pilih Generative AI yang Tepat
Ada beragam aplikasi Generative AI di internet, dengan keunggulan penggunaanya masing-masing. ChatGPT dan Claude unggul di bidang percakapan, Scite di bidang riset ilmiah, dan Gamma di bidang pembuatan presentasi. SEVIMA juga memiliki Sevi AI, Generative AI yang dikembangkan khusus untuk menjelaskan regulasi dan berbagai kebutuhan dunia pendidikan tinggi.
Dengan memilih Generative AI yang tepat, maka dosen dan mahasiswa dapat menempatkan Generative AI sebagai alat bantu untuk mencapai hasil yang diinginkan secara lebih baik.
“Misalnya, ingin hasil penelitian yang lebih mendalam dengan sitasi dari jurnal terbaru dan relevan, maka manfaatkan Generative AI yang sesuai, sembari tetap didasari dengan Literasi AI dan Critical Thinking. Karena lagi-lagi, Generative AI adalah alat bantu, bukan menggantikan kemampuan intelektual manusia,” ungkap Bagus Jati.
Tiga cara jitu tersebut, beserta teknis implementasi dan praktek langsung penggunaan berbagai aplikasi Generative AI, dapat dipelajari lebih lanjut dalam Webinar Premium SEVIMA bertajuk “Pemanfaatan AI untuk Pembelajaran, Tulis Buku Ajar, dan SIlabus RPS Standar ISBN”.
Webinar telah digelar secara online via zoom, dalam dua sesi pada Selasa dan Rabu 3-4 Desember 2024, pukul 13.00-15.00 WIB. Webinar akan dibawakan oleh Bagus Jati Santoso, PhD, Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik ITS dan Imas Maesaroh, M.Lib., Ph.D., Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.
Tags:
Mengenal SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami
Artikel Terkait
-
-
-
Dunia Kampus • 10 Dec 2024
Cyber Campus di Tengah Urgensi Keamanan Data
-