Kontak Kami

Dunia Kampus

Publikasi Bukan Sekadar Syarat, tapi Investasi Reputasi: Mengapa Dosen Harus Menulis di Jurnal Bereputasi

05 Dec 2025

SEVIMA.COM Beberapa waktu lalu, pada acara peluncuran Program Riset Prioritas Nasional Tahun 2026 yang diinisiasi oleh Kemendiktisaintek, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., menyoroti rendahnya keterlibatan dosen dalam penyusunan proposal penelitian. Menurutnya, fenomena ini mencerminkan bahwa riset belum sepenuhnya menjadi prioritas sekaligus budaya yang mengakar di perguruan tinggi.

Selama ini, dosen lebih terbiasa dengan aktivitas akademik seperti menyampaikan materi kuliah, menyiapkan soal, hingga berdiskusi dengan mahasiswa. Namun dalam konteks penelitian, masih banyak yang belum akrab dengan proses penyusunan proposal secara sistematis.

“Belum terbiasa membuat proposal penelitian,” ujar Brian dalam acara peluncuran Program Riset Prioritas Tahun 2026 di Kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Jakarta, pada Selasa, (21/10). 

Padahal, jika ditelaah lebih jauh, publikasi jurnal bukan hanya sekadar persyaratan administratif. Ini justru menjadi pintu bagi dosen untuk memperoleh beragam peluang di masa depan mulai dari kolaborasi riset, pendanaan, hingga peningkatan reputasi akademik. Oleh karena itu, publikasi layak dipandang sebagai sebuah investasi strategis, bukan sekadar kewajiban.

Jurnal Internasional Bereputasi Menurut Kemendiktisaintek

Merujuk pada Kepmendiktisaintek Nomor 63/M/Kep/2025, Jurnal Ilmiah Internasional Bereputasi ditetapkan dengan mengacu pada sejumlah kriteria utama yang menjadi standar kualitas publikasi ilmiah: 

  • Karya ilmiah yang diterbitkan memenuhi kaidah ilmiah dan etika akademik.
  • Memiliki International Standard Serial Number (ISSN).
  • Ditulis menggunakan salah satu bahasa resmi PBB: Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, atau Tiongkok.
  • Memiliki versi terbitan daring.
  • Dewan redaksi (editorial board) terdiri dari para pakar di bidangnya dan berasal dari minimal 4 negara.
  • Penulis artikel dalam satu nomor terbitan berasal dari minimal 2 negara.
  • Alamat jurnal dapat ditelusuri secara daring.
  • Informasi editorial board dapat diakses secara daring dan tidak terdapat perbedaan antara edisi cetak dan edisi daring.
  • Proses peer review dilaksanakan dengan baik dan benar.
  • Jumlah artikel dalam setiap terbitan adalah wajar dan format tampilannya konsisten sepanjang edisi.
  • Tidak pernah diketemukan sebagai jurnal yang tidak bereputasi atau jurnal meragukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tidak terdapat pada daftar jurnal/penerbit kategori yang diragukan.

Menerbitkan jurnal bereputasi sesuai yang telah ditetapkan memang penuh tantangan. Untuk publikasi jurnal bereputasi memerlukan waktu berkisar 3-9 bulan, pada beberapa kasus yang lebih sulit membutuhkan waktu yang lebih lama. Proses penelitian ini menurut ketelitian, konsistensi, serta komitmen dari peneliti. 

Menerbitkan Jurnal Bereputasi Jadi Investasi Jangka Panjang Bagi Dosen

Dengan terbitnya jurnal bereputasi, dosen tidak hanya memenuhi salah satu dari Tridharma, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang. Mari kita ulas pentingnya menerbitkan jurnal bereputasi bagi seorang dosen.

1. Publikasi sebagai Jalan Pintas Meningkatkan Reputasi Akademik

Publikasi di jurnal bereputasi terutama yang terindeks Scopus dan Web of Science (WoS) menjadi bukti bahwa penelitian telah melalui seleksi ketat dan diakui secara internasional. Reputasi akademik tidak hanya dibangun melalui jabatan, tetapi melalui kontribusi ilmiah yang dapat ditelusuri dan dijadikan rujukan.

2. Tiket Mendapatkan Kenaikan Jabatan Fungsional

Tidak bisa dipungkiri, publikasi juga menjadi “tiket wajib” untuk banyak pencapaian formal seorang dosen baik bagi dosen tetap PNS dan Non-PNS. Mulai dari sertifikasi dosen hingga pengajuan jabatan fungsional Lektor Kepala hingga Profesor semuanya mensyaratkan publikasi jurnal.

Untuk kenaikan jabatan fungsional berdasarkan Kepmendiktisaintek No. 63 M KEP 2025 yang paling tinggi seperti Profesor atau Guru Besar menuntut dosen memiliki syarat khusus 1 (satu) karya ilmiah di Jurnal Internasional Bereputasi dan terindeks SJR >0.10 atau JIF >0.05 sebagai penulis pertama. 

Artinya, publikasi jurnal bereputasi bukan “formalitas” tetapi menjadi rekam jejak akademik untuk kenaikan jabatan fungsional (jabfung) bagi dosen. Sebagai perbandingan yang masih mengacu pada aturan yang sama, jurnal internasional  bereputasi memiliki angka kredit paling tinggi dibanding dengan yang lain. Berikut komparasinya: 

1) Jurnal internasional beruputasi (terindeks pada database internasional bereputasi dan berfaktor dampak (40)

2) Jurnal internasional terindeks pada basis data internasional bereputasi (30)

3) Jurnal internasional terindeks pada basis data internasional di luar kategori 2) (20)

4) Jurnal nasional terakreditasi SINTA peringkat 1 dan 2 (25)

3. Memegang Penilaian Penting Pemenuhan BKD dan Kinerja Dosen

Dalam sistem BKD, publikasi terutama yang terbit di jurnal internasional bereputasi memiliki nilai kredit yang besar. Artinya, satu publikasi dapat membantu memenuhi sebagian besar beban kerja dalam satu semester.

Ini bukan hanya mempermudah administrasi, tetapi juga memengaruhi keseluruhan penilaian kinerja dosen. Semakin banyak publikasi berkualitas, semakin kuat profil akademik kita di mata institusi dan evaluator.

4. Publikasi sebagai Pendorong Angka Kredit dan Proposal Penelitian

Setiap publikasi memberikan angka kredit (AK) yang langsung berkontribusi pada evaluasi karier akademik. Bahkan, banyak skema hibah penelitian mempertimbangkan rekam jejak publikasi sebagai salah satu parameter utama.

Dengan kata lain, publikasi adalah “modal awal” yang membuat proposal riset kita lebih kompetitif dan lebih mungkin mendapatkan pendanaan.

5. Dampak Besar bagi Pengembangan Ilmu dan Masyarakat

Peran publikasi tidak berhenti pada karier dosen saja. Jauh lebih penting dari itu, publikasi adalah cara seorang akademisi menyumbangkan pengetahuan bagi dunia.

Artikel jurnal memungkinkan temuan-temuan baru dipelajari, diuji, dan dikembangkan oleh peneliti lain. Dalam skala besar, ini meningkatkan mutu penelitian nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta ilmu pengetahuan global.

Lebih dari itu, hasil riset yang dipublikasikan bisa memengaruhi kebijakan publik, strategi industri, hingga keputusan bisnis. Banyak keputusan besar diambil berdasarkan temuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan publikasi adalah kanal utama untuk menghadirkan bukti tersebut.

6. Pengakuan, Penghargaan, dan Peluang Baru

Ketika sebuah publikasi berdampak besar, penghargaan pun mengikuti. Dosen dapat memperoleh apresiasi dari universitas, komunitas ilmiah, bahkan peluang kolaborasi dari lembaga riset maupun industri.

Bukan hal yang mustahil, publikasi berkualitas dapat menarik donatur, memperluas jaringan kolaborasi, atau membuka peluang riset berskala lebih besar.

Publikasi bukan sekadar syarat administratif, tetapi investasi jangka panjang bagi reputasi, karier, dan kontribusi ilmiah seorang dosen. Dengan ketentuan PO PAK 2024 yang mengharuskan publikasi di jurnal bereputasi Scopus dan WoS untuk kenaikan jabatan tertentu, dosen perlu menyiapkan riset yang matang, relevan, dan kompetitif.

Setiap jurnal yang telah dipublikasikan dilaporkan untuk pemenuhan Beban Kerja Dosen (BKD) di SISTER. Namun, untuk mengisi setiap jurnal dilakukan bersamaan dengan kegiatan Tridharma yang masih harus diisi manual mengisi detail jurnal seperti judul, penerbit, dan DOI, serta mengunggah bukti pendukung seperti PDF artikel dan cover jurnal ke penyimpanan cloud dan menyertakan tautannya. 

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, SEVIMA telah merancang Modul BKD yang mempermudah dosen melakukan pengumpulan seluruh data yang berkaitan dengan BKD. Mulai dari data penelitian dosen, artikel jurnal yang sudah di-publish dan juga kegiatan pengabdian lainnya.  Seperti apa modul BKD SEVIMA Platform? 

Modul BKD SEVIMA Siap Menjawab Kebutuhan Pelaporan BKD

Pelaporan BKD sering kali menjadi pekerjaan yang menguras waktu, terutama ketika data tersebar di berbagai dokumen dan perangkat. Modul BKD di SEVIMA hadir untuk menyederhanakan proses tersebut, sehingga dosen dan perguruan tinggi dapat fokus pada kualitas tridharma, bukan kebingungan administrasi.

Waktu Pelaksanaan BKD Lebih Efektif

Jika proses BKD manual membutuhkan waktu dan effort besar, sistem BKD SEVIMA menawarkan pengalaman yang jauh lebih efisien. Dosen cukup mengunggah dokumen dalam bentuk soft file, dan sistem akan menyusunnya secara otomatis. Semua data tersimpan rapi, mudah dicari, dan siap digunakan kapan saja.

Mendukung Proses Akreditasi Perguruan Tinggi

Data BKD yang terdokumentasi dalam sistem dapat dimanfaatkan kembali pada proses akreditasi. Perguruan tinggi tidak perlu lagi mengumpulkan ulang berbagai dokumen dosen; seluruh data yang sudah terunggah dapat berfungsi sebagai bukti pendukung penilaian program studi maupun institusi.

Asesor Lebih Mudah Melakukan Penilaian

Selain memudahkan dosen, modul BKD SEVIMA juga mempercepat kerja asesor. Mereka dapat melakukan penilaian hanya dengan mengakses soft file yang tersusun rapi di dalam sistem, tanpa harus melakukan pengecekan manual atau memeriksa berkas fisik yang rawan tidak sinkron.

Jika Anda ingin merasakan bagaimana modul BKD SEVIMA dapat menyederhanakan pelaporan, mempercepat proses penilaian, dan memastikan seluruh data dosen terdokumentasi dengan rapi segera hubungi tim SEVIMA atau hubungi Whatsapp  Official 0822-6161-0404 untuk mendapatkan demo dan pendampingan langsung. Saatnya beralih ke sistem yang lebih efisien, terintegrasi, dan siap mendukung kinerja perguruan tinggi Anda.

 

Diposting Oleh:

Liza SEVIMA

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

Video Terbaru

🔴LIVE - Webinar Nasional: Strategi Sukses Menulis Artikel SCOPUS Pertama dan Mendapatkan ID Scopus