Langkah Realistis Menuju Publikasi di Scopus: Dari Ide Riset hingga Submission
03 Dec 2025
Optimalisasi capaian lulusan membutuhkan pengelolaan OBE yang efisien. Tujuannya tak lain untuk menjembatani kesenjangan kompetensi dengan kebutuhan industri dan menghasilkan lulusan yang siap kerja.
SEVIMA.COM – Persentase pengangguran berdasarkan Badan Pusat Statistik pada Februari 2025 mencapai 4,76 persen di Indonesia. Dari persentase tersebut, lulusan perguruan tinggi menyumbang 6,30 persen pengangguran.

Data TPT di Indonesia 2025
Ironisnya, di saat yang sama, dunia industri mengeluhkan kesulitan mencari talenta berkualitas. Survei McKinsey Global Institute menunjukkan bahwa 87 persen eksekutif perusahaan mengalami kesenjangan keterampilan atau memperkirakan akan mengalaminya dalam beberapa tahun ke depan.
Jika dibedah lebih dalam, akar masalahnya ada pada sistem pendidikan tinggi yang masih mengandalkan hafalan teori. Lulusan memang pintar di atas kertas, tapi bingung saat menghadapi tantangan nyata di dunia kerja.
Permasalahan ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah strategis dengan mendorong perguruan tinggi menerapkan Outcome-Based Education (OBE) melalui Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023.
Baca juga: 3 Langkah Jitu Memulai Implementasi Kurikulum OBE di Perguruan Tinggi
OBE merupakan sebuah kurikulum yang berpusat pada capaian pembelajaran mahasiswa. Di mana pendidikan tidak hanya berpusat pada materi yang harus diselesaikan namun juga outcome. Fokusnya bukan lagi pada apa yang diajarkan, melainkan pada kemampuan konkret yang dikuasai lulusan. Kompetensi praktis, kemampuan berpikir kritis, dan kesiapan kerja menjadi parameter utama keberhasilan.
Sayangnya, pada riset terbaru dari Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) menunjukkan bahwa hanya 40 persen perguruan tinggi yang telah menerapkan OBE secara komprehensif.
Lantas, bagaimana optimalisasi capaian lulusan melalui pengelolaan OBE yang efisien?
Menurut Al-Samarraie, H., & Al-Sa’di, R. S. (2024) dalam jurnal Outcome-based education and Industry 4.0: A systematic review yang dipublikasikan di Education and Information Technologies, OBE mengharuskan setiap elemen sistem pendidikan diselaraskan untuk memastikan mahasiswa mencapai learning outcomes yang telah ditetapkan. Elemen tersebut meliputi desain kurikulum, strategi pengajaran, hingga metode penilaian.
Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktis dan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan industri global.
OBE juga memberikan panduan yang jelas tentang apa yang harus dipelajari oleh mahasiswa, serta cara mengukur keberhasilan mereka. Oleh karena itu, pengelolaan OBE yang efisien tidak hanya mencakup penyusunan kurikulum dan penilaian, tetapi juga perencanaan yang matang, kolaborasi dengan industri, serta pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran.
Baca juga: Manfaat Penerapan Kurikulum OBE di Perguruan Tinggi untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan
Dalam penerapan OBE, prinsip utama yang dilakukan berfokus pada capaian pembelajaran yang terukur, penilaian berbasis kinerja, dan peran aktif mahasiswa. Hal utama yang dilakukan adalah menyusun learning outcomes yang konkret dan dapat dievaluasi. Learning outcomes yang jelas akan menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dari mahasiswa setelah mengikuti program pendidikan tertentu.
Setelah prinsip tersebut dilakukan, selanjutnya diadakan penyelarasan konstruktif (Constructive Alignment) yang membahas semua elemen kurikulum. Mulai dari tujuan pembelajaran, strategi pengajaran, hingga metode asesmen. Ini dibuat dan dirancang agar saling mendukung pencapaian learning outcomes yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum ibarat jantung dari setiap program studi. Sedangkan OBE berperan sebagai penyelaras dengan ritme kebutuhan industri. Oleh sebab itu, perguruan tinggi hendaknya berkolaborasi dengan perwakilan industri dalam setiap tahap perancangan kurikulum, mulai dari mengidentifikasi kompetensi esensial, merumuskan capaian pembelajaran lulusan (CPL), hingga menyusun materi perkuliahan yang aplikatif.
Pendekatan ini diperkuat oleh Chukwuere, J. E. (2023) melalui buku Higher Education, Skills and Work-Based Learning, bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa tidak hanya teoritis, tetapi juga memiliki nilai praktis tinggi di pasar kerja. Dengan demikian, kurikulum bisa lebih “hidup” dan responsif terhadap dinamika industri untuk mempersiapkan lulusan untuk berkontribusi nyata.
Penilaian dalam OBE bukan sekadar menguji ingatan, tetapi mengukur sejauh mana mahasiswa telah mencapai learning outcomes. Oleh karena itu, sistem penilaian haruslah objektif, transparan, dan komprehensif.
Evaluasi berbasis kinerja atau performance-based assessment sangat penting untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa melalui portofolio, proyek kelompok, studi kasus dunia nyata, simulasi, dan presentasi. Metode ini penting untuk mengukur aspek kompetensi yang berbeda, seperti keterampilan analitis, pemecahan masalah, komunikasi, hingga kerja tim.
Hadirnya performance-based assessment ini bisa membantu mahasiswa siap dalam kriteria keberhasilan dan standar kinerja yang diharapkan. Diperjelas oleh Rust, C. (2007) dalam buku Assessment & Evaluation in Higher Education disebutkan bahwa mahasiswa tahu persis apa yang dinilai dan bagaimana mereka dapat meningkatkan diri dengan performance-based assessment ini.
Penilaian semacam ini tidak hanya memberikan gambaran akurat tentang penguasaan kompetensi, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dibutuhkan di dunia profesional.
Baca juga: Urgensi Kurikulum Berbasis OBE sebagai Sistem Terintegrasi
Pengelolaan OBE tak akan sempurna tanpa adanya peningkatan kredibilitas seorang dosen. Seperti yang kita tahu, dosen adalah ujung tombak implementasi OBE. Tanpa pemahaman dan komitmen mereka, strategi OBE terbaik sekalipun akan sulit terlaksana. Oleh karena itu, investasi dalam peningkatan kapasitas dosen adalah krusial.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dosen, di antaranya:
Pelatihan rutin tentang filosofi OBE, penyusunan learning outcomes yang efektif, metode pengajaran inovatif (seperti student-centered learning dan project-based learning), serta desain asesmen autentik.
Pengembangan profesional berkelanjutan melalui lokakarya, seminar, atau program sertifikasi yang berfokus pada pedagogi modern dan teknologi pendidikan.
Kolaborasi antar-dosen untuk berbagi praktik terbaik dan memecahkan tantangan implementasi OBE bersama.
Harden, R. M. (2007) dalam Outcome-based education—The future is here memperkuat bahwa ketika dosen memiliki pemahaman mendalam tentang OBE dan dilengkapi dengan keterampilan yang relevan, mereka dapat merancang pengalaman belajar yang lebih efektif, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan pada akhirnya membimbing mahasiswa menuju pencapaian outcomes secara optimal.
Di era digital ini, teknologi bukanlah pilihan, melainkan esensial untuk pengelolaan OBE yang efisien. Learning Management Systems (LMS) seperti Edlink SEVIMA Platform, Moodle, Canvas, atau Blackboard menjadi alat yang tak tergantikan.
Hadirnya LMS memungkinkan dosen untuk mengunggah materi pembelajaran yang terstruktur sesuai learning outcome, mengelola tugas dan proyek yang mendukung asesmen berbasis kinerja, melacak kemajuan belajar mahasiswa secara individual, dan menyediakan platform untuk umpan balik yang cepat dan terarah.
Ahmad, S. Z., & Al-Gamal, M. (2021), M dalam jurnal The effectiveness of outcome-based education in higher education: A systematic review menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi memudahkan pengawasan capaian pembelajaran secara keseluruhan.
Perguruan tinggi akan jauh lebih mudah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program studi secara keseluruhan. Selain itu, proses membuat keputusan berbasis data untuk optimalisasi OBE juga menjadi lebih mudah.
Dapat disimpulkan, bahwa pengelolaan OBE yang efisien merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing di dunia kerja global. Dengan mengintegrasikan kurikulum yang relevan, metode pengajaran yang aktif, dan sistem penilaian yang transparan, perguruan tinggi dapat memaksimalkan capaian mahasiswa.
Kolaborasi dengan industri dan peningkatan kapasitas dosen akan memperkuat implementasi OBE dan memastikan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia dapat terus berkembang untuk memenuhi tuntutan pasar kerja. Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu terus berinovasi dan memperbaiki pengelolaan OBE untuk mencetak lulusan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Pengelolaan kurikulum OBE menjadi lebih mudah dengan SEVIMA Platform. Fitur-fitur yang tersedia memudahkan perguruan tinggi dalam menerapkan OBE secara efektif. Untuk informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami di 082261610404 .
Diposting Oleh:
Seprila Mayang SEVIMA
Tags:
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami