Dunia Kampus • 04 Oct 2024
Dunia Kampus • 12 Sep 2022
Membangun Budaya Mutu Melalui Penerapan Teknologi Informasi
Fadhol SEVIMA
Penulis: Yogi Iskandar, M.Pd.
Kampus: Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
Membangun perguruan tinggi yang bermutu merupakan cita-cita bersama antara masyarakat, perguruan tinggi dan pemerintah. Oleh karena itu, pembangunan sistem pendidikan yang bermutu perlu dipikirkan secara mendalam oleh berbagai pihak. Salah satunya oleh perguruan tinggi itu sendiri.
Mengingat pentingnya mutu pendidikan, pemerintah melalui kementerian pendidikan mengeluarkan permen No. 28 Tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu. Begitupun dengan perguruan tinggi itu sendiri. Tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan dalam upaya meningkatkan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimulai dari, peningkatan SDM, sistem pembelajaran sampai pada pelayanan kemahasiswaan.
Terjaminnya mutu pendidikan dapat dilakukan melalui Total Quality Control (TQC). Melalui TQC, setiap penyelenggara pendidikan dapat mengetahui seberapa besar kualitas yang dihasil dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Malayu dalam Evi Yulia (2017 : 524) Total Quality Control merupakan suatu sistem secara efektif dapat mengintegrasikan antara usaha dalam pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas perbaikan kualitas dalam organisasi.
Dengan demikian bahwa, peran TQC dapat memberikan gambaran serta alur yang jelas atas kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimulai dari mahasiswa masuk, menjalani proses pendidikan sampai lulus. Oleh karena itu, menjaga mutu merupakan aspek penting sebagai salah satu upaya untuk menciptakan lulusan yang bermutu. Menciptakan perguruan tinggi yang bermutu, tidak bisa dibangun oleh salah seorang saja. Perguruan tinggi yang bermutu, dapat tercipta karena adanya kerjasama dari berbagai pihak. Hal tersebut sepaham dengan pendapat Evi Yulia (2017:520) Pengendalian mutu (Quality Control) merupakan aktivitas kelompok dan tidak bisa dilaksanakan secara individu.
Mengingat bahwa penjaminan mutu pada perguruan tinggi tidak bisa dilakukan oleh salah seorang. Maka diperlukan dari berbagai pihak, untuk meningkatkan mutu pada perguruan tinggi itu sendiri. Aspek penjaminan mutu yang diprakarsai oleh lembaga penjamin mutu (LPM), sebagai salah satu organisasi yang ada di dalam perguruan tinggi. LPM memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan mutu pendidikan pada perguruan tinggi. Dengan kata lainnya juga LPM dapat dikatakan sebagai motorik dalam pembangunan mutu pendidikan di perguruan tinggi. Maka tataran konsep menjadi daya nalar secara tersendiri bagi LPM untuk meningkatkan mutu pada perguruan tinggi.
Disisi lain, bahwa penjaminan mutu pada perguruan tinggi tidak bisa dibangun dengan waktu yang singkat. Penjaminan mutu yang dibangun oleh perguruan tinggi diperlukan waktu yang relatif lama. Hal ini sering disebut dengan membangun budaya mutu pendidikan. Pembangunan budaya mutu pada lembaga pendidikan tinggi harus direncanakan serta dievaluasi secara mendalam oleh berbagai pihak. Seperti halnya, pembangunan mutu pendidikan pada perguruan tinggi dimulai dari konsep yang sering disebut dengan quality control (QC).
Quality control merupakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan proses pembangunan mutu pendidikan. Melalui quality control, secara tidak langsung akan membangun budaya mutu pada perguruan tinggi. Proses dalam membangun budaya mutu haruslah dibangunan mulai dari tataran konsep, proses, sampai pada hasil akhir (evaluasi). Dalam pembangunan mutu terdapat berbagai kendala salah satunya adalah melalui sistem administrasi kampus. Seperti halnya, pengarsipan dokumen dan konsistensi dalam pelaksanaan budaya mutu.
Merujuk dari permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah tools yang dapat memudahkan dalam proses pelaksanaan budaya mutu. Dimulai dari pembuatan, sampai pada sistem pengarsipan dan pencarian data. Salah satu tools yang dapat digunakan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sering disebut dengan sistem informasi akademik (siakad). Melalui penerapan teknologi informasi. Setiap perguruan tinggi dapat memaksimalkan sumber daya yang tersedia pada perguruan tinggi. Sumber daya yang dimaksud merupakan sumber daya yang dimiliki oleh setiap dosen. Salah satunya, personal komputer/ laptop. Hampir rata-rata setiap dosen yang ada pada perguruan tinggi memiliki alat tersebut. Oleh karena itu, perguruan tinggi tidak harus melakukan pengadaan alat tersebut.
Namun di sisi lain. Pada saat perguruan tinggi akan memanfaat teknologi informasi sebagai tools dalam membangun budaya mutu maka diperlukan aplikasi. Baik itu aplikasi berbasis web, ataupun aplikasi yang diinstal pada personal komputer masing-masing setiap dosen. Jika merujuk pada nilai efektifitas dalam proses pembangunan mutu melalui teknologi informasi. Pilihan yang paling tepat, menggunakan aplikasi berbasis web.
Pada saat perguruan tinggi menggunakan aplikasi berbasis web. Maka setiap dosen, tidak perlu melakukan instal pada setiap personal komputer. Hal tersebut dikarenakan aplikasi dapat langsung diakses dengan menggunakan search engine baik itu berupa google chrome ataupun firefox dan lain sebagainya. Dalam penerapan pembangunan budaya mutu memanfaat teknologi informasi. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi yang diantaranya sebagai berikut:
1. Menganalisis bentuk dan jenis aplikasi
Pada kegiatan ini perguruan tinggi menentukan fitur sampai pada spesifikasi server yang akan digunakan serta menyesuaikan kebutuhan data ataupun dokumen dalam merealisasikan budaya mutu pada perguruan tinggi.
2. Menganalisis kesediaan SDM
Meskipun penerapan teknologi informasi dapat membantu dalam merealisasikan serta membangun budaya mutu pada perguruan tinggi. Akan tetapi hal tersebut, tidak menutup kemungkinan berdampak pada sumber daya manusia. Artinya salah satu aspek yang dapat mensukseskan, dalam melakukan realisasi pembangunan budaya mutu pada perguruan tinggi adalah ketersediaan SDM. Oleh karena itu, pada saat akan merealisasikan aspek tersebut diperlukan analisis sumber daya manusia.
3. Realisasi pembangunan
Pada saat perguruan tinggi sudah melakukan analisis kebutuhan aplikasi dan sumber daya manusia (SDM). Maka langkah selanjutnya adalah melakukan realisasi. Dalam realisasinya, program ini dimulai dari penentuan developer aplikasi. Apakah akan dibangun sendiri atau menggunakan jasa. Jika dibangun sendiri, tentunya akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Selain dari itu, ketersediaan SDM dalam membuat aplikasi. Jika memang, waktu serta sumber daya manusia yang tidak memungkinkan maka alternatif kedua lebih tepat. Yakni, dengan memanfaatkan jasa. Salah satunya kerjasama dengan PT. Sentra Vidya Utama. Sevima, menawarkan jasa yang dapat menyediakan aplikasi yang sesuai dalam proses pembangunan budaya mutu pada perguruan tinggi.
Dalam realisasi yang kedua, realisasi hasil analisis sumber daya manusia. Dari hasil analisis ini, perguruan tinggi dapat mengetahui kesiapan dari sumber daya manusia dalam merealisasikan penggunaan teknologi informasi dalam pembangunan budaya mutu pada perguruan tinggi. Hasil analisis tersebut dapat digunakan dalam menentukan skala prioritas dalam mensosialisasikan aplikasi. Sehingga, dalam proses implementasi/ realisasi dapat dilakukan lebih mudah. Hal tersebut, karena setiap dosen yang memiliki kompetensi bagus dalam menggunakan teknologi informasi dapat membantu untuk menyampaikan informasi kepada SDM yang lainnya. Sampai pada akhirnya pembangunan budaya mutu, dapat terlaksana sesuai dengan harapan bersama.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan aspek penting pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh perguruan tinggi, begitupun dengan implementasi pembangunan budaya mutu melalui penerapan teknologi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana, realisasi dari pelaksanaan pembangunan mutu dengan penerapan teknologi dapat berjalan dengan baik. Hambatan dari realisasi program ini tidak hanya berada pada kesediaan sarana prasarana. Akan tetapi kesiapan sumber daya manusia juga amat berpengaruh terhadap realisasi program. Oleh karena itu, dalam evaluasi ini. Selain, menilai efektifitas penggunaan aplikasi dalam pembangunan budaya mutu. Hal ini juga, untuk menilai pelaksanaan sdm dalam pembangunan budaya mutu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, proses pembangunan budaya mutu dapat terlaksana melalui penggunaan alat teknologi informasi. Hal ini karena, sifat data yang sentralis akan membentuk big data sehingga memudahkan dalam proses pencarian data, penemuan data dan penyimpanan data serta kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian data dari berbagai divisi dapat dihindari. Selain dari itu, dengan memanfaatkan teknologi informasi setiap perguruan tinggi dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh setiap dosen. Hal ini akan mengurangi beban anggaran perguruan tinggi dalam melakukan realisasi program. Disisi, jika budaya mutu ini sudah terbentuk dan segala bentuk kegiatan sudah terarsipkan dengan jelas. Maka, tidak menutup kemungkinan selain membentuk budaya mutu pada perguruan tinggi tersebut. Hal ini juga, akan menghantarkan perguruan tinggi. Menuju world class university.
Tags:
Mengenal SEVIMA
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami