3 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar Executive Forum: Strategi Sukses Memimpin Kampus dan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi di Jawa Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 12 Sep 2022

Menilik Teknologi dan Digitalisasi Menuju Kampus Dunia

Fadhol SEVIMA

Penulis: Iin Indrayanti
Kampus: Politeknik Harapan Bersama

Istilah World Class University atau pengakuan yang berskala internasional pada universitas di berbagai negara tentu sudah tidak asing bagi para akademisi. Indikator yang menjadikan kampus untuk dapat masuk kedalam klasterisasi World Class University salah satunya adalah penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Penggunaan TIK ini juga berpengaruh pada pemeringkatan, akreditasi, dan public trust, tiga istilah yang sangat familiar bagi kalangan akademisi. Namun apakah benar ketiganya berhubungan erat dengan teknologi? Nah, berikut adalah sedikit gambaran untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut. 

Perguruan tinggi di Indonesia tengah berlomba dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi, baik dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, repositori, publikasi, manajemen, maupun pelayanan. Selain itu, pemeringkatan perguruan tinggi dengan menggunakan sistem pemeringkatan tertentu pun, memberikan penilaian terhadap seluruh universitas di dunia melalui website yang dikelola oleh universitas itu sendiri.  Apa saja yang dinilai secara sistem dalam menentukan pemeringkatan universitas di tiap semester? 

Menurut indikator sistem penilaian yang dibuat oleh lembaga riset terbesar di Spanyol tersebut, terdapat beberapa poin yang dijadikan indikator peringkat, diantaranya adalah pengelolaan terkait: (1) halaman website universitas yang diindeks oleh mesin Google; (2) kualitas konten website berupa eksternal links yang berhubungan dengan berbagai informasi universitas; (3) jumlah file dokumen dalam domain website yang tertangkap oleh mesin pencari (Google); dan (4) jumlah artikel ilmiah publikasi universitas yang terindeks di Google Scholar dan raksasa sistem indeksasi internasional baik Scopus maupun Web of Science.

Istilah-istilah diatas tentunya akan sangat membingungkan bagi mereka yang tidak terlibat langsung di lingkungan Pendidikan Tinggi. Karena ke empat indikator penilaian di atas sangat berkaitan dengan sistem dan teknologi yang harus dan semestinya diimplementasikan di lingkungan tempat para pakar dan akademisi berada.

Disamping keunggulan sarana-prasarana dan fasilitas, Sumber Daya Manusia, serta internal good governance, empat indikator penilaian tersebut telah menjadi kebutuhan signifikan dalam dunia pendidikan di era globalisasi serba digital seperti saat ini. Itu artinya bahwa seluruh pelaku akademik di lingkungan Pendidikan Tinggi, suka tidak suka dan mau tidak mau, dituntut mampu untuk memiliki kompetensi, menggunakan serta mengembangkan penggunaan teknologi yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pemeringkatan universitas baik nasional maupun skala global, menentukan hasil penilaian akreditasi institusi, fakultas maupun program studi, yang pada akhirnya dapat membangun public trust yang dapat membawa banyak benefit bagi seluruh sivitas akademika. Selain itu, keuntungan yang diperoleh dapat membawa institusi atau universitas ke level yang lebih tinggi untuk dapat bersaing dengan Perguruan Tinggi lain di dunia.

Kita akan bedah indikator pertama dalam penilaian di atas yaitu pengelolaan website universitas. Seperti kita ketahui, website adalah kumpulan halaman-halaman situs yang berisikan informasi yang dapat dijangkau melalui jaringan internet dalam subdomain www (World Wide Web). Setiap orang dapat mengakses informasi dengan tujuan dan konten apapun yang tersedia dalam halaman-halaman yang berada di website tersebut. Penyebaran informasi melalui website berkembang sangat cepat, luas dan tidak terbatas oleh jarak dan waktu.

Tidak terkecuali informasi atau konten seputar universitas dan program-program unggulan yang dimilikinya. Karena website memiliki berbagai fungsi seperti fungsi komunikasi dan informasi, fungsi hiburan dan juga fungsi transaksi, maka pihak universitas dituntut untuk mampu mengelola dan menyajikan beragam informasi lengkap dalam tampilan beragam menu yang dengan mudah diakses selama dalam jangkauan internet. Sehingga website yang ditampilkan mampu menjawab keingintahuan pengguna website dari seluruh dunia dan kapan saja tanpa batas.

Indikator kedua yaitu kualitas konten website berupa links eksternal yang berhubungan dengan berbagai tautan dengan muatan kaya informasi. Indikator ini memiliki keterkaitan dengan tautan yang ditanamkan dalam sebuah artikel dan mengarah langsung ke website lainnya. Sederhananya, link eksternal tersebut saling menghubungkan antara pembaca dengan website terpercaya dan berguna untuk menambah  wawasan. Semakin banyak link eksternal yang mengarah ke website universitas, maka Google akan semakin percaya dengan kualitas website universitas tersebut. 

Selanjutnya adalah indikator ketiga, yaitu jumlah file dokumen dalam domain website yang tertangkap oleh mesin pencari (Google) berbentuk Adobe Acrobat (pdf), Adobe PostScript Microsoft Word (.doc, .docx) dan Microsoft Powerpoint (.ppt, .pptx) yang dapat diakses serta terhubung dengan domain website universitas yang terekam oleh search engine (Google Scholar).

Terakhir adalah indikator ke empat tentang jumlah artikel ilmiah publikasi universitas. Hal ini sangat erat hubungannya dengan unggahan karya ilmiah dan e-prints yang diperkaya dengan file-file berbentuk pdf dan langsung terindeks di Google dan search engine lainnya. Semangat dan gairah publikasi internal dosen untuk submit melalui jurnal ilmiah hasil penelitian dan kajian saintifik melalui Open Journal System (OJS) internal menjadi sangat penting untuk dapat memenuhi indikator ketiga ini. Karya ilmiah yang diterbitkan kemudian disitasi dan dijadikan sebagai bahan rujukan dan sumber pustaka peneliti lainnya.

Berdasarkan deskripsi di atas, jelas bagi kita semua, bahwa keempat indikator penilaian semuanya sangat bergantung pada penggunaan teknologi. Dalam pengelolaannya pun tidak mungkin hanya dilakukan oleh kemampuan unit tertentu. Selain itu, digitalisasi sistem perguruan tinggi juga akan memudahkan sivitas kampus dalam berbagai hal termasuk digitalisasi berupa E-Learning, E-payment, Academic System, E-Certificate bahkan online registration.

Digitalisasi dalam beragam bentuk tersebut diciptakan untuk meningkatkan efisiensi khususnya menunjang mutu kampus. Namun pengembangannya sangat memerlukan keterlibatan seluruh pihak baik sivitas akademika, staf, tenaga kependidikan maupun dukungan pimpinan dan tim penyedia jasa teknologi yang sangat besar pengaruhnya untuk dapat memenuhi standar yang diminta sebagai upaya menuju kampus kelas dunia.

Dengan mengusung salah satu visinya yaitu sebagai kampus yang berdaya saing global, maka Politeknik Harapan Bersama sebagai kampus vokasi terbesar di Karesidenan Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan sekaligus kampus vokasi terbaik ke 29 secara pemeringkatan nasional ini terus melakukan pengembangan teknologi dan inovasi khususnya dalam pengelolaan sistem akademik berbasis online yang terintegrasi dengan manajemen pelayanan akademik,  pembayaran, serta akses perkuliahan berbasis aplikasi lainnya (Integrated Online Academic Services).

Hal ini diciptakan dan dikembangkan dengan tujuan agar pelayanan dan perkuliahan dapat diakses dengan mudah, cepat, dan efisien, bahkan dapat dilakukan secara digital melalui gawai-gawai pintar hanya dengan genggaman tangan yang terkoneksi dengan jaringan internet. Ini membuktikan bahwa Kampus Politeknik Harapan Bersama ingin menjangkau pembaca, mahasiswa dan siapapun untuk dapat mengakses informasi dengan lebih lengkap dan mudah, tanpa batas, sehingga public trust semakin terbangun dan percaya diri untuk melangkah menuju go global menjadi kampus kelas dunia.

Jelas sudah, bahwa teknologi mutlak diperlukan, bahwa tanpa teknologi dan digitalisasi sudah dapat dipastikan bahwa kampus tergolong ketinggalan zaman. Karena sulitnya pihak eksternal mencari informasi yang diperlukan. Hasilnya, tidak sedikit kampus akan ditinggalkan dan tidak mampu bertahan khususnya di era disruptif seperti saat ini.

Berbanding lurus dengan opini diatas, maka langkah dan upaya yang dapat kita tempuh selaku akademisi dan sivitas akademika agar dapat Go Global diantaranya:

  1. Membiasakan diri untuk mulai belajar menggunakan teknologi yang sedang ramai digunakan dan menjadi primary needs dikalangan akademisi;
  2. Mengikuti seminar nasional maupun internasional yang berfokus dalam membahas perkembangan teknologi;
  3. Melakukan studi banding ke Perguruan Tinggi yang telah masuk kedalam klasterisasi World Class University untuk dapat mengamati dan memodifikasi program yang telah mereka jalani;
  4. Melakukan riset dan development system berdasarkan hasil pengamatan tentang perkembangan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, melek teknologi ataupun dunia digital bukanlah sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh kaum muda millennials saja, namun sebuah kebutuhan bagi semua, tidak terkecuali lingkungan perguruan tinggi. Teknologi sendiri tak mengenal batasan usia dan akan selalu menerima siapa saja yang datang untuk mendalaminya. Seperti ungkapan yang dicetuskan oleh seniman legendaris Michelangelo yakni “Ancora Imparo” yang memiliki makna bahwa setiap orang sudah seharusnya tidak berhenti belajar, tak peduli berapa usianya maupun tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Jadikan teknologi sebagai suatu kebutuhan, jika kebutuhan itu sudah terpenuhi maka Go Global menuju kampus kelas dunia bukanlah lagi menjadi sebuah mimpi.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×