Apa itu Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)? Ini Jenis SPMB & Jadwalnya
07 Feb 2025
2 Hari Lagi - Sebelum Event Bimbingan Teknis Sistem Akademik – Tingkatkan Kualitas Perguruan Tinggi dengan Fitur SEVIMA Platform Dimulai.
SEVIMA.COM – Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) adalah momen krusial bagi setiap perguruan tinggi. Tidak hanya berhubungan dengan jumlah pendaftar yang menentukan keberlanjutan institusi, tetapi juga tentang bagaimana perguruan tinggi bisa menarik perhatian calon mahasiswa di tengah persaingan yang semakin ketat. Salah satu strategi efektif yang kini banyak digunakan adalah memanfaatkan influencer lokal.
Influencer lokal sebagai orang yang memiliki pengikut dan pengaruh di komunitas atau daerah tertentu, dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan perguruan tinggi kepada calon mahasiswa dengan cara yang lebih personal dan relevan. Maka penting bagi tim marketing PMB untuk turut menggunakan kolaborasi influencer sebagai strategi menarik calon mahasiswa baru.
Menurut Qausya Faviandhani, S.E., M.M., pakar marketing pendidikan tinggi sekaligus Direktur Marketing Universitas Narotama Surabaya, penggunaan influencer sangat disarankan. Beliau menjelaskan bahwa berkolaborasi dengan influencer dapat meningkatkan brand awareness dan memperkenalkan perguruan tinggi kepada masyarakat luas dengan cara yang lebih relevan.
“Menggunakan influencer saat ini jadi hal yang ini dianjurkan sekali ya Bapak/Ibu, kita dapat menggandeng orang-orang yang punya pengaruh kuat untuk memperkenalkan seperti apa perguruan tinggi kita dan keunggulannya. Ini juga dapat meningkatkan brand awareness kita dimata masyarakat dan calon mahasiswa baru,” ujar Qausyah menekankan pentingnya menggunakan influencer untuk menarik calon mahasiswa baru dalam ‘Webinar: Penyusunan Rencana PMB Tahun 2025 untuk Raihan Akreditasi & Rasio Dosen Mahasiswa Optimal’ pada Senin, 9/12/2024.
Lalu, bagaimana seharusnya strategi kolaborasi yang efektif dengan influencer lokal? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa langkah penting untuk memastikan kolaborasi dengan influencer dapat memberikan hasil yang optimal dan relevan bagi perguruan tinggi. Mari kita ulas lebih lanjut.
Baca juga: Atasi Penurunan Mahasiswa dengan Layanan Pendaftaran Mahasiswa Baru Online
Ada berbagai jenis influencer yang dapat menjadi pilihan dalam mempromosikan perguruan tinggi. Namun, Tim PMB dapat memilih influencer lokal untuk hasil yang optimal.
Menurut pengalam Qausya, Influencer lokal memiliki pengaruh yang lebih luas dalam mempromosikan sesuatu dengan pendekatan yang lebih memahami budaya, bahasa, dan preferensi calon mahasiswa yang menjadi target. Selain itu, influencer lokal lebih mudah untuk menjangkau pelanggan secara optimal karena dapat memahami pembuatan konten yang lebih relevan dan terkoneksi dengan calon mahasiswa baru.
“Kami sudah pernah mencoba berkolaborasi dengan influencer lokal yang langsung visit ke perguruan tinggi kami (Universitas Narotama), biasanya like-nya yang seratus-dua ratus, begitu kita berkolaborasi bisa jadi ribuan. Bahkan views konten kami jauh lebih tinggi lagi,” ungkap Qausya.
Strategi Menggunakan Influencer Lokal untuk Menarik Calon Mahasiswa PMB
Mengutip dari artikel How Brands and Influencers Can Make the Most of the Relationship, ada berbagai strategi kolaborasi antara brand dan influencer yang menciptakan hasil yang optimal. Berikut rangkumannya.
Dalam dunia marketing, audiens cenderung tidak menyukai iklan, terutama yang dianggap “buruk” atau terlalu eksplisit dalam promosi. Oleh karena itu, penting bagi brand, termasuk perguruan tinggi, untuk berkolaborasi dengan influencer dalam menciptakan konten yang unik dan autentik. Gaya bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan alasan mengapa audiens menyukai influencer tersebut, sehingga pesan dapat tersampaikan secara natural.
Untuk mengoptimalkan konten yang unik, perguruan tinggi dapat menggali cerita yang relevan dengan audiens agar pesan lebih mudah diterima. Storytelling yang kuat dapat membuat konten lebih personal dan emosional, misalnya dengan menampilkan narasi yang relatable, personal, atau perjalanan inspiratif mahasiswa. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan audiens tetapi juga menyampaikan informasi kampus dengan cara yang lebih emosional.
Penelitian menunjukkan bahwa konten yang terlalu “hard selling” atau jelas bersponsor cenderung kurang disukai karena terkesan tidak alami. Untuk menghasilkan konten yang lebih otentik, perguruan tinggi harus memperhatikan bagaimana influencer menyampaikan pesan agar tetap sesuai dengan gaya mereka tanpa mengikis kepercayaan pengikut terhadap influencer tersebut.
Sebagai contoh, salah satu universitas di Indonesia pernah melakukan kampanye promosi dengan menggandeng influencer pendidikan yang aktif berbagi tips beasiswa dan pengalaman kuliah. Alih-alih meminta influencer secara langsung mengajak calon mahasiswa untuk mendaftar, kampus tersebut memilih pendekatan storytelling, di mana influencer berbagi pengalamannya saat mengunjungi kampus, berdiskusi dengan mahasiswa, dan mencoba fasilitas yang tersedia. Hasilnya, engagement pada konten tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kampanye promosi konvensional, karena audiens merasa mendapatkan wawasan nyata tentang kehidupan kampus tanpa merasa dipaksa untuk mendaftar.
Influencer dengan jumlah pengikut lebih kecil, atau yang sering disebut sebagai micro-influencer, memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan influencer besar. Hal ini karena mereka membangun hubungan yang lebih erat dan autentik dengan komunitasnya.
Pengikut mereka lebih cenderung mempercayai rekomendasi produk karena dianggap lebih jujur dan tidak sekadar iklan. Akibatnya, ketika mereka mempromosikan suatu produk atau layanan, audiensnya lebih reseptif dan tidak langsung menolak konten bersponsor.
Bagi perguruan tinggi, menggunakan micro-influencer dapat menjadi strategi yang lebih efektif dengan berbagai pertimbangan:
Konten promosi akan lebih efektif jika produk yang dipromosikan relevan dengan jenis konten yang disesuaikan dengan niche (kategori) influencer. Jika produk atau layanan yang ditawarkan tidak sesuai dengan niche atau minat audiens influencer, maka promosi dapat terasa tidak autentik dan kurang mendapatkan respons positif.
Ini dapat menjadi referensi bagi di Tim Marketing PMB untuk memilih influencer yang sesuai dengan bidang akademik atau gaya hidup mahasiswa sangat krusial untuk menarik calon mahasiswa potensial. Misalnya menggandeng influencer untuk membagikan pengalamannya mengikuti seminar dan mentoring di kampus tersebut, serta bagaimana kurikulumnya mendukung mahasiswa dalam membangun bisnis sejak dini.
Topiknya selaras dengan minat pengikutnya, audiens menerima promosi ini dengan baik dan merasa bahwa kampus tersebut benar-benar relevan dengan aspirasi mereka. Hal ini membuktikan bahwa strategi memilih influencer yang sesuai dengan niche dapat meningkatkan efektivitas kampanye dan memperkuat citra kampus sebagai institusi yang relevan bagi calon mahasiswa.
Dalam berkolaborasi, tim marketing dapat memaksimalkan porsi influencer dalam mempromosikan perguruan tinggi. Terlalu banyak endorsement dalam waktu singkat dapat menyebabkan audiens merasa bahwa promosi dilakukan secara tidak jujur yang berakibat pada ketidakpercayaan audiens pada konten influencer yang mereka percayai.
Baca juga: Cara Optimasi Website Kampus untuk Meningkatkan Penerimaan Mahasiswa Baru
Setiap kampanye yang dilakukan melalui influencer akan menghasilkan berbagai data, seperti jumlah klik, interaksi, dan calon mahasiswa yang menunjukkan minat. Data ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan calon mahasiswa ke sistem Penerimaan Mahasiswa Baru Online di perguruan.
Dengan strategi mengarahkan calon mahasiswa melalui sistem pendaftaran PMB online, perguruan tinggi dapat mengumpulkan data mulai dari:
Untuk mengoptimalkan pengumpulan data calon mahasiswa baru, SEVIMA telah merancang modul yang berangkat dari berbagai kesulitan dalam pengelolaan data. Seperti apa sistem PMB Online dari SEVIMA Platform? Mari kita ulas.
Bagi calon mahasiswa, sistem PMB online memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran. Mereka dapat mendaftar dari mana saja tanpa harus datang langsung ke kampus. Selain itu, mereka bisa mengakses informasi lengkap mengenai program studi, biaya, dan persyaratan pendaftaran dalam satu platform.
Progres pendaftaran pun dapat dipantau secara real-time, tanpa perlu menunggu informasi manual dari pihak kampus. Jika ada pertanyaan atau kendala, fitur chatbot atau layanan pelanggan online siap membantu memberikan solusi dengan cepat.
Sementara itu, bagi kampus, sistem PMB online membantu meningkatkan efisiensi dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Dengan otomatisasi, proses seleksi dan administrasi menjadi lebih cepat dan efektif.
Selain itu, kampus dapat menjangkau calon mahasiswa dari berbagai daerah tanpa batasan geografis. Data yang diperoleh dari sistem ini juga memungkinkan analisis tren pendaftaran yang lebih akurat, membantu kampus dalam menyusun strategi penerimaan yang lebih baik. Pada akhirnya, penerapan sistem modern ini dapat meningkatkan citra dan daya saing kampus di mata calon mahasiswa.
Mengarahkan data dari influencer ke sistem PMB online adalah strategi cerdas untuk meningkatkan efektivitas penerimaan mahasiswa baru. Tertarik merasakan kemudahan pengelolaan data calon mahasiswa baru dengan SEVIMA Platform? Yuk segera ajukan demo untuk merasakan kemudahannya melalui Kontak Kami.
Diposting Oleh:
Liza SEVIMA
Tags:
SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami