10 Hari Lagi - Sebelum Event Webinar Executive Forum: Strategi Sukses Memimpin Kampus dan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi di Jawa Dimulai.

Selengkapnya
Kontak Kami

Dunia Kampus • 13 Sep 2022

PERAN CIVITAS AKADEMIK DALAM PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

Fadhol SEVIMA

Penulis: RIA ELLIANA

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Perkembangan teknologi dan informasi sudah memasuki dunia  nyata  dan sudah tidak bisa dihindari, lalu bagaimana pendidikan merespon dan mengantisipasi hal tersebut? Inovasi apa yang harus dilakukan oleh pendidik dan pengelola lembaga pendidikan agar terus survive mengembangkan dunia pendidikan? 

Kenapa Inovasi itu penting terutama untuk unit pendidikan baik di perguruan tinggi. Inovasi hubungannya sama kompleksitas itu linear. Semakin tugas nya kompleks, kompleksitasnya tinggi maka kebutuhan inovasi itu banyak, dan semakin tugasnya tidak kompleks maka kebutuhan inovasi semakin sedikit. Jika dilihat dari semua institusi,maka yang kompleksitasnya tinggi ada pada dunia pendidikan. Karena dunia pendidikan memiliki objek dan subjek manusia. Menurut Bapak  Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)  ada 3 inovasi yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi informasi tersebut diantaranya :

  1. Adanya fleksibilitas dan kebebasan atau otonomi untuk bereksperimen.
  2. Diberikannya resource yang cukup dari sisi pelatihan, keilmuan, finansial dan mentoring.
  3. Purpose manusia dalam artian pendidik dan pengelola lembaga pendidikan harus jelas visi dan misinya.

Jika 3 kriteria ini bisa dijalankan tidak mungkin institusi pendidikan kita  tidak akan baik. Akan tetapi  ketiga kriteria tersebut sulit untuk dicapai  dikarenakan banyak nya aturan regulasi dan adanya sekat-sekat yang mempersulit proses inovasi tersebut terjadi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi senyatanya telah memberikan sumbangan signifikan dan mendorong terjadinya perubahan dalam dunia pendidikan maupun pembelajaran. Pendidik bukanlah satu-satunya sumber dalam proses pembelajaran. Setidaknya ada 4 (empat) revolusi dramatis sebaagaimana pendapat Erik Asbi yang mengatakan bahwa revolusi di dunia pendidikan itu antara lain :

  1. Terjadi pada saat masyarakat memberikan wewenang dan kepercayaan pendidikan kepada orang tertentu sehingga timbul yang namanya profesi pendidik.
  2. Terjadi saat digunakannya tulisan sebagai sumber belajar di sekolah melalui buku pelajaran
  3. Terjadi saat ditemukannya mesin cetak buku yang beragam dan tersedia, sehingga buku tersebut dijadikan sumber utama dalam dunia pendidikan.
  4. Terjadi saat teknologi komunikasi berkembang sangat pesat dimana semua bahan proses dan bentuk pendidikan dapat ditransfer lewat teknologi.

Kemudian apa yang dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi untuk menghadapi proses pembelajaran trend zaman saat ini? Ada sebuah jurnal penelitian ilmiah diterbitkan oleh jurnal kominfo dengan penulis Gati Gayatri yang berjudul “Digital Citizenship Safety Among Children and Adolescents in Indonesia” pada jurnal tersebut Kementerian Kominfo, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan UNICEF merekomendasikan salah satu poin jurnal penelitian ilmiah tersebut yaitu pihak orang tua dan pendidik harus langsung terlibat memberikan pengawasan dan pendampingan pada anak-anak peserta didik mereka dalam aktivitas digitalnya. Orangtua seyogyanya menjadi teman di jejaring sosial anak karena disinilah anak-anak dan remaja berselancar di dunia maya. Orangtua dapat bergabung dan berkomunikasi secara intens dengan anak -anak  untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif di dunia cyber.

Pendidikan merupakan faktor kunci dalam peningkatan sumberdaya manusia. Pengembangan dan implementasi kurikulum saat ini yang mengintegrasikan teknologi informasi dalam pembelajaran mengharuskan pendidik dan peserta didik menguasai teknologi. Peserta didik dan pendidik aktif terlibat dalam proses belajar dengan pemanfaatan teknologi baik sebagai sumber media maupun sebagai alat pembelajaran.

Paradigma pembelajaran telah bergeser menuju pembelajaran berbasis digital. Model pembelajaran berkembang dalam bentuk pembelajaran  elektronik (e-learning), buku elektronik (e-book), kelas online, diskusi online, pembelajaran berbasis online semuanya serba online. Penggunaan papan tulis dan spidol berganti dengan penggunaan metode atau media notebook, LCD proyektor dan sebagainya. Printed material buku sumber modul berganti dengan e-book, digital library, You Tube  dan laman-laman internet. Pembelajaran konvensional ceramah didepan kelas berganti dengan berbagai model pembelajaran berbasis IT seperti CBT (Computer Based Test),CBI (Computer Based Instruction), distance learning, Learning Center Classroom (LCC), teleconference dan sebagainya dengan memanfaatkan fasilitas seperti email, whatsapp, mobile phone,MP3 player, website,blogging, search engine, dan lain sebagainya. 

Keterampilan dalam penguasaan teknologi merupakan kecakapan hidup atau life skill yang harus dimiliki civitas akademika. Jika tidak peserta didik yang ada dalam komponen civitas akademika akan mengalami kesulitan bersaing. Peran seorang pendidik sangat krusial dan signifikan dalam hal ini. Untuk itu pendidik juga harus membekali diri dengan penguasaan teknologi informasi.

Peserta didik yang cakap dan terampil dihasilkan oleh para pendidik yang juga harus terampil dan selalu meningkatkan kompetensinya. Peserta didik ataupun civitas akademika pada era masyarakat society 5.0 secara insentif  harus dibekali keterampilan dasar seperti berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah , kolaborasi dan komunikasi,kreativitas dan imajinasi, kewarganegaraan, digital literasi dan kepemimpinan  serta membangun diri untuk menghadapi  dan menyelesaikan masalah sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi 4.0.

Misalnya seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan dengan mengedepankan kompetensi dan karakter baik yang dimiliki. Untuk merespon tuntutan tersebut apalagi dalam kaitannya dengan hiruk pikuk perkembangan teknologi informasi banyak hal yang harus dikembangkan untuk mengoptimalisasi pembelajaran di Perguruan Tinggi setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan yaitu :

1. Perubahan orientasi pembelajaran

Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri peserta didik sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari pembelajaran di Perguruan Tinggi dianggap kurang bisa mengubah pengetahuan yang kognitif menjadi bermakna dan bernilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Diperlukan perubahan paradigma pembelajaran yang bukan hanya terbatas pada orientasi kognitif semata tetapi juga ranah psikomotorik, afeksi dan yang paling mendesak adalah aspek sikap dan perilaku.

2. Pengembangan alternatif model  pembelajaran harus diintegrasikan dengan keseluruhan sistem pendidikan.

Generasi Z saat ini merupakan connected generation, generation highly mobile yang selalu terhubung secara online. Mereka merupakan sub learner yang siap mencari sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan melalui sang guru yaitu google dan buku babon pelajaran wikipedia. Mereka adalah generasi melek visual dan melek data.

Mereka generasi Z tersebut adalah anak-anak kita, maka sebagai pendidik kita harus mampu menjadi pembimbing dalam tumbuh kembang peserta didik. Kehadiran media sosial memang memberikan manfaat. Tak hanya menjadi media untuk berkomunikasi namun juga menjadi sarana untuk mendapatkan ragam informasi-informasi terbaru dan terupdate. Laman jejaring sekarang tidak hanya merevolusi cara kita berinteraksi dengan sesama.

Jika biasanya sosial platform ini digunakan hanya di waktu senggang ini para peserta didik beralih ke jejaring media sosial untuk memberikan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar. Ada berbagai macam cara peserta didik dalam memanfaatkan platform media sosial saat ini yaitu tugas kelompok melalui WA atau facebook, konferensi video, kelas online melalui google hangout, google meet, zoom, jejaring industri melalui Linkedin, Q and A melalui twitter atau WA, penelitian dan debat melalui quora, pengembangan seni dan kerajinan melalui pinterest dan banyak media sosial lainnya.

Dunia pendidikan perlu mengambil peran aktif, tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi. Yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkannya untuk sesuatu yang positif. Penggunaan media sosial dalam pembelajaran harus menjadi alternatif pembelajaran di Perguruan Tinggi harus dikembangkan dan diinovasi sedemikian rupa sehingga pembelajaran menjadi up to date, tidak monoton dan menarik minat para peserta didik.

Penggunaan teknologi informasi dalam model pembelajaran harus terus dikembangkan dan harus ditempatkan sebagai sumber bahan ajar referensi belajar dan sumber informasi yang beragam bagi para civitas akademika. Pendidik dan para orangtua harus diskenariokan terhubung di media sosial dengan para peserta didik. Sehingga apapun aktivitas peserta didik terawasi dan terhubung dengan pendidik dan orangtua.

Grup media sosial diberdayakan sebagai virtual class yang memungkinkan semua berinteraksi secara imajiner. Pendidik tidak terpaku dengan 2 sks di dalam kelas tetapi setiap waktu kapanpun dan dimanapun dapat melakukan penguatan dan penambahan wawasan pada peserta didik. Laman internet yang terhubung dengan sumber pembelajaran memungkinkan materi pembelajaran disajikan lebih variatif dan menarik. Ketersediaan jurnal ilmiah, e-book  menjadikan solusi alternatif sebagai inovasi pendidikan. Disinilah peran teknologi informasi dalam mengembangkan proses pendidikan.

Pendidik memegang peranan kunci mengarahkan, memfasilitasi dan mendampingi peserta didik belajar sendiri. Teknologi informasi harus dimanfaatkan pendidik untuk membantu peran tersebut. George Couros mengemukakan “technology will never replace great teachers but technology in the hands of great teachers is transformational”  yang artinya teknologi tidak akan mampu menggantikan peran apapun yang dilakukan seorang pendidik yang hebat tetapi teknologi ditangan pendidik yang hebat, maka ia mampu mentransformasikan peserta didik yang awalnya biasa saja menjadi hebat, yang awalnya hebat  menjadi luar biasa, dan awalnya luar biasa menjadi tak terhingga.

Tags:

-

Mengenal SEVIMA

SEVIMA merupakan perusahaan Edutech (education technology) yang telah berkomitmen sejak tahun 2004 dalam menyelesaikan kendala kerumitan administrasi akademik di pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik, Akademi, dll.) dengan 99% keberhasilan implementasi melalui SEVIMA Platform, segera jadwalkan konsultasi di: Kontak Kami

×